Manado – mediaaku.com – Belum lama ini, hasil penelitian air laut yang dilakukan Tim Studi dan Peneliti Kelautan dan Perikanan Sulut, Prof Ir Kawilarang Warouw Alex Masengi, diteluk Manado dan pantai utara Bolmong, berhasil mengambil eDNA air laut yang hasilnya mengidentifikasi adanya 24 spesies jenis ikan yang biasa dikonsumsi masyarakat termasuk ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Dan perairan laut itu ada 44 spesies ikan yang terdeteksi.
Menurut Peneliti laut, Prof Alex Masengi, hasil penelitian ini kedepan bertujuan untuk memudahkan nelayan Sulawesi Utara memilih lokasi laut untuk mencari jenis ikan yang diincarnya sesuai hasil penelitian.
Prof Masengi menjelaskan, studi keanekaragaman di ekosistem laut telah mengalami banyak perkembangan dengan aplikasi molekuler melalui pendekatan metabarcoding DNA lingkungan (eDNA).
Metode ini telah banyak digunakan dalam mengidentifikasi spesies langka, spesies invasif, dan informasi keanekaragaman hayati baik di lingkungan air tawar maupun air laut.
Lanjutnya, pada penelitian yang lalu telah dilakukan di Teluk Manado dan Pantai Utara Bolmong. Pendekatan metabarcoding eDNA pertama kali diterapkan untuk mengestimasi keanekaragaman ikan di sekitar perairan Teluk Manado pada daerah tempat Ikan Purba Coelacanth (Latimeria menadoensis).
“Sampel air laut dalam di ambil pada 12 lokasi dari 125-200m dari permukaan air. Masing masing 1500 cc. Dan di saring dengan menggunakan kit eDNA Sterivex,” jelas Masengi.
Menurutnya, teknik metabarcoding diterapkan dengan menggunakan kombinasi DNA barcoding dan metode next-generation sequencing (NGS) dengan platform MiSeq. Pipa MiFish untuk analisis data untuk mendapatkan estimasi spesies dan membaca angka untuk mengukur kelimpahan ikan di lokasi ini.
“DNA berhasil mengidentifikasi 24 spesies yang dikomersialkan di pasar ikan tradisional Kemudian, metabarcoding eDNA mengungkapkan bahwa ada 44 spesies ikan yang terdeteksi,” ujar Mantan Dekan Fakultas Kelautan Perikanan Unsrat ini.
Masengi menjelaskan, saat ini teknologi yang sama akan di ujicobakan di perairan Sitaro khusus untuk mendeteksi Keberadaan Ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol (TCT) sehingga ke depan nelayan tinggal memilih di daerah mana dan kapan objek tangkapannya akan di lakukan. Sehingga efisiensi penangkapan ikan akan lebih baik.
Prof Masengi menjelaskan, studi keanekaragaman di ekosistem laut telah mengalami banyak perkembangan dengan aplikasi molekuler melalui pendekatan metabarcoding DNA lingkungan (eDNA).
Metode ini telah banyak digunakan dalam mengidentifikasi spesies langka, spesies invasif, dan informasi keanekaragaman hayati baik di lingkungan air tawar maupun air laut.
Lanjutnya, pada penelitian yang lalu telah dilakukan di Teluk Manado dan Pantai Utara Bolmong. Pendekatan metabarcoding eDNA pertama kali diterapkan untuk mengestimasi keanekaragaman ikan di sekitar perairan Teluk Manado pada daerah tempat Ikan Purba Coelacanth (Latimeria menadoensis).
“Sampel air laut dalam di ambil pada 12 lokasi dari 125-200m dari permukaan air. Masing masing 1500 cc. Dan di saring dengan menggunakan kit eDNA Sterivex,” jelas Masengi.
Menurutnya, teknik metabarcoding diterapkan dengan menggunakan kombinasi DNA barcoding dan metode next-generation sequencing (NGS) dengan platform MiSeq. Pipa MiFish untuk analisis data untuk mendapatkan estimasi spesies dan membaca angka untuk mengukur kelimpahan ikan di lokasi ini.
“DNA berhasil mengidentifikasi 24 spesies yang dikomersialkan di pasar ikan tradisional Kemudian, metabarcoding eDNA mengungkapkan bahwa ada 44 spesies ikan yang terdeteksi,” ujar Mantan Dekan Fakultas Kelautan Perikanan Unsrat ini.
Masengi menjelaskan, saat ini teknologi yang sama akan di ujicobakan di perairan Sitaro khusus untuk mendeteksi Keberadaan Ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol (TCT) sehingga ke depan nelayan tinggal memilih di daerah mana dan kapan objek tangkapannya akan di lakukan. Sehingga efisiensi penangkapan ikan akan lebih baik.