Manado – mediaaku.com – Guru Besar sekaligus Dosen Penelitian Hukum Universitas Hasanuddin dan Perguruan Tinggi lain, Prof Dr Irwansyah, SH, MH, mengatakan, permasalahan dan kesulitan yang dihadapi kaum akademisi saat ini dalam membuat publikasi jurnal ilmiah lebih disebabkan tidak fokus membuat jurnal dan riset dan kurangnya perhatian pimpinan universitas dan pemerintah.
Menurut Dosen dibeberapa universitas ini, tidak fokusnya para akademisi membuat jurnal dan riset karena mereka hanya fokus dan puas pada profesinya sebagai pengajar atau pegawai pemerintahan.
Masalah lain juga disebabkan karena kurangnya biaya akibat minimnya perhatian pimpinan dan pemerintah untuk mendorong kaum akademisi melakukan berbagai riset kemudian dipublikasi sebagai jurnal terbaru.
Dikatakan Irwansyah, dinegara barat publikasi jurnal ilmiah sudah menjadi budaya dan standar dunia. Karena dalam jurnal ilmiah ada ilmu terbaru yang diperoleh. Sebab jurnal ilmiah memiliki cirinya mengikuti perkembangan dan riset terbaru, olah karena itu jurnal ilmiah memiliki perberbedaan dengan buku.
Diluar negeri, jelas Irwansyah, mahasiswa dan kaum peneliti banyak menggunakan publikasi jurnal ilmiah untuk kepentingan riset. “Karena jurnal juga sudah menjadi standard dunia,” jelas Irwansyah guru besar Unhas ini.
Lanjut Irwansyah, jurnal itu bisa mendorong banyak hal seperti riset, proses akreditasi prodi, dan peringkat universitasnya. Menurutnya, selama ini jurnal minim perhatian, kebijakan pemerintahan, bantuan dana, dan minim bantuan pengelola. Tak hanya itu, di Indonesia, jurnal belum dijadikan sebagai arena persaingan dalam bidang keilmuan. Jurnal baru dilirik ketika seseorang ingin naik pangkat.
Padahal menurut Irwansyah, idealnya jurnal itu adalah pertukaran gagasan, bagaimana kita mempublikasikan gagasan-gagasan baru, dan ide-ide baru. Para mahasiswa di luar negeri rata-rata mencari ide baru melalui jurnal. Sedangkan kita belum sampai ke situ.
Jurnal juga dapat menjadi instrumen untuk mengukur kemapanan suatu perguruan tinggi. Sebab jika menunggu kemapanan Sumber Daya Manusia (SDM) seperti doktor, profesor, dan guru besar. Kalau kita menunggu kenaikan pangkat dulu, itu membutuhkan waktu yang lama.
Untuk itu Irwansyah berharap, kebijakan pimpinan harus mendukung penuh publikasi jurnal ini. Selanjutnya, kebijakan dari segi akademik dibuat agar seluruh skripsi, tesis, dan disertasi mahasiswa wajib mengutip jurnal fakultasnya. Supaya seluruh mahasiswa mengenal jurnalnya.
Selain itu, jurnal harus menjadi syarat dibukanya prodi S2 dan S3. Alasannya adalah naskah-naskah mahasiswa Pascasarjana memiliki tempat untuk ditampung. Di samping itu, jurnal dapat menjadi sumber pendanaan baru bagi universitas.
Untuk itu kata Irwansyah, diharapkan ke depan dibangun sebagai sebuah sistem. Menjadi bagian dari pengembangan pendidikan tinggi. Sebab jurnal dapat mengembangkan riset. Jika riset berkembang, maka proses pendidikan juga berkembang. Riset yang bagus nantinya juga dapat menopang mata kuliah. Riset itu kemudian di muat dalam jurnal. Sehingga referensi yang digunakan tidak ketinggalan.
Ini juga butuh penguatan dari pimpinan bagaimana misalnya kebijakan akademik bagaimana agar seluruh tulisan mahasiswa berbasis jurnal, tugas-tugas program Pascasarjana merujuk pada jurnal, dan jurnal dapat menjadi sumber pendanaan baru bagi fakultas.
Â

