MEDIAAKU.COM – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Departemen Politik dan Pemerintahan, Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) belum lama ini.
Dalam kesempatan tersebut, ia mengupas tuntas mengenai perubahan besar yang tengah dihadapi birokrasi Indonesia di tengah arus digitalisasi dan kemajuan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Melansir dari laman KemenkoPMK, Kamis (23/10/2025) Pratikno menilai, hadirnya AI telah mengguncang tatanan teori birokrasi yang selama ini dikenal kaku dan berjenjang.
“Perkembangan AI telah mengubah cara kita memahami birokrasi. Kini, teknologi mampu mengolah aspirasi masyarakat dan melakukan analisis secara jauh lebih cepat serta akurat dibandingkan manusia,” ujarnya di hadapan mahasiswa.
Menurutnya, dengan kemampuan analitik yang semakin tinggi, AI berpotensi besar memengaruhi cara kerja birokrasi dan bahkan sistem demokrasi itu sendiri.
Ia juga menyoroti bahwa birokrasi Indonesia memiliki kompleksitas tersendiri akibat sistem desentralisasi. Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah menciptakan dinamika politik serta birokrasi yang saling terkait namun sering kali membawa kepentingan berbeda.
“Kita punya aktor politik dan birokrasi di berbagai tingkatan. Semua berinteraksi dalam sistem yang tidak sederhana,” tutur Pratikno.
Namun, di balik tantangan tersebut, teknologi justru membuka peluang untuk mendorong transformasi birokrasi menuju sistem yang lebih ramping dan adaptif. Menurutnya, digitalisasi memungkinkan pekerjaan administratif dilakukan secara otomatis, sehingga struktur birokrasi yang dulu hierarkis bisa menjadi lebih datar dan efisien.
Pratikno menambahkan bahwa pemanfaatan AI yang tepat akan memperkuat efisiensi, mempercepat pelayanan publik, dan meningkatkan transparansi. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya etika, tata kelola, serta keseimbangan antara peran manusia dan mesin.
“Begitu saya masuk ke Kemenko PMK, saya langsung membentuk Gugus Tugas AI karena isu ini menyentuh hampir semua sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, keluarga, hingga kebudayaan. Tantangan kita adalah bagaimana menggunakan AI secara bijak,” ungkapnya.
Menutup kuliahnya, Pratikno mengajak para mahasiswa UGM untuk menjadi generasi yang kritis terhadap perkembangan teknologi, namun tetap menjunjung nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan.
Ia menegaskan bahwa masa depan birokrasi dan demokrasi Indonesia akan sangat ditentukan oleh kemampuan generasi muda dalam beradaptasi dan memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan jati diri bangsa.(*/Stephany)