MEDIAAKU.COM – Cerita “Kotak Pandora” berasal dari Yunani kuno lebih tepatnya dari puisi Hesiod (abad ke-7 SM) dalam karya “Works and Days”. Dalam versi Hesiod, sebenarnya bukan “kotak” melainkan sebuah guci besar (bahasa Yunani pithos) yang diberikan kepada wanita pertama, Pandora, oleh para dewa.
Menurut mitos, setelah Prometheus mencuri api dari para dewa dan memberikannya kepada manusia, raja para dewa Zeus murka dan memutuskan untuk memberi “hadiah” kepada manusia yang ternyata menjadi kutukan.
Dia memerintah Hephaestus untuk membuat Pandora dari tanah liat, lalu para dewa lainnya memberinya berbagai karunia dan sifat. Pandora kemudian dinikahkan dengan Epimetheus saudara Prometheusmeskipun Prometheus telah memperingatkannya untuk tidak menerima “hadiah” dari Zeus.
Epimetheus menerima Pandora yang cantik karena ia tak dapat menolaknya, dan dari pernikahan inilah kisah tentang kotak Pandora dimulai.
Pandora membawa guci yang disegel dan diberi tahu untuk tidak membukanya. Tapi rasa penasarannya tak tertahankan, dan ketika guci itu dibuka, keluar segala malapetaka: penyakit, kesengsaraan, kematian, konflik dan yang tertinggal di dalam adalah harapan (Elpis).
Ahli klasik mencatat bahwa Hesiod menggunakan kisah ini sebagai alegori mengapa manusia harus bekerja, mengapa penderitaan ada setelah zaman keemasan, dan bagaimana para dewa memegang kendali.
Meskipun berbicara dalam konteks mitologi Yunani kuno, kisah Kotak Pandora tetap relevan. Ia mengajak kita untuk berhati-hati terhadap keputusan yang tampak menggiurkan, untuk mengevaluasi rasa ingin tahu, dan untuk tidak kehilangan harapan meskipun menghadapi tantangan.
Dengan memahami sumber, peran para dewa dan manusia dalam kisah tersebut, dan interpretasi ahli seperti Hesiod, kita melihat bagaimana cerita kuno ini tetap hidup sebagai refleksi kondisi manusia.(*/janu)

