MEDIAAKU.COM – Di dalam budaya Korea, norma sosial sangat dipengaruhi oleh tradisi Konfusian dan nilai kehormatan, sehingga beberapa tindakan yang mungkin tampak biasa di negara lain justru dianggap tabu di sana.
Dalam buku Korea “ Culture Smart!: The Essential Guide to Customs & Culture” oleh James Hoare, disebutkan bahwa pengaruh nilai “senioritas” dan “kehormatan” membuat orang Korea sangat peka terhadap gesture sosial, tatakrama, dan tanda hormat.
Beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan antara lain :
1.Mengenakan pakaian yang terlalu terbuka.
Meski di kota-besar seperti Seoul busana gaya Barat makin umum, memakai atasan yang memperlihatkan bahu atau punggung dianggap kurang sopan, terutama di lingkungan formal atau dengan orang yang lebih tua.
Hal ini menunjukkan bahwa menghormati lingkungan dan generasi sebelumnya tetap penting.
2.Menerima atau memberikan sesuatu dengan satu tangan saja
Secara sosial di Korea dianjurkan menggunakan dua tangan atau setidak-nya satu tangan dengan tangan lainnya menopang pergelangan.
Memberi atau menerima tanpa memperhatikan hal ini kadang dianggap kurang menghargai. Ini menjadi etiket simbol rasa hormat antar individu.
3.Berbicara keras atau menonjol di transportasi umum atau ruang publik
Orang Korea umumnya menjaga suara rendah agar tidak mengganggu orang lain hal ini menunjukkan bahwa kesadaran sosial dan menjaga keharmonisan kelompok menjadi prioritas.
Ketika seseorang individual terlalu “menonjol”, hal itu bisa dilihat sebagai tidak peka terhadap sesama.
4.Menulis nama seseorang dengan tinta merah.
Dalam budaya Korea, warna merah dianggap membawa konotasi tidak baik. Oleh karena itu menulis nama seseorang dengan tinta merah dianggap membawa nasib buruk atau bahkan bermakna bahwa orang itu akan meninggal.
Ini menjadi bagian dari kepercayaan populer yang meski tradisional masih berbekas di kehidupan sehari-hari.
5.Suasana makan bersama
Terlebih dengan yang lebih tua atau atasan, memulai makan sendiri sebelum yang lebih senior memulai juga dianggap tidak sopan. Etiket makan di Korea menekankan urutan, menunggu orang yang lebih tua atau senior untuk mulai dulu, dan memegang sumpit dengan benar.
Hal ini menegaskan pentingnya hierarki dan rasa hormat dalam interaksi sosial.
Menghormati norma budaya bukan berarti kita kehilangan jati diri, melainkan menunjukkan bahwa kita peduli terhadap orang lain dan lingkungan sosial di mana kita berada.
Ketika kita menghargai sensitivitas budaya lain, kita membangun jembatan pengertian yang memperkuat kerjasama, persahabatan, dan saling menghormati di dunia yang semakin global.(*/janu)

