MEDIAAKU.COM – Menjanjikan sesuatu kepada anak tampak seperti hal sederhana, orang tua mengucapkan “nanti kita pergi ke taman”, “kalau kamu beres kamar, ibu belikan mainan”, atau “jika kamu ujian bagus, ayah izinkan ikut kegiatan”.
Namun, menurut penelitian psikologis, janji yang ditepati maupun janji yang diingkari memiliki dampak mendalam terhadap perkembangan kepercayaan, harga diri, dan perilaku anak.
Menurut pendapat K. J. Rotenberg dan rekan-rekan dalam tulisannya “The role of promises for children’s trustworthiness and honesty” menyatakan bahwa kemampuan menjaga janji pada anak dipandang sebagai tanda utama dari dapat dipercaya (trustworthiness).
Sementara studi lain menemukan bahwa anak usia prasekolah sudah mulai memahami bahwa ucapan “I promise” (aku janji) mengandung komitmen yang lebih kuat dibanding sekadar “I will” atau “maybe”. Artinya, ketika orang tua menjanjikan sesuatu, anak tidak sekadar mendengar kata-kata, tetapi memahami bahwa janji itu punya makna moral dan emosional.
Ketika orang tua konsisten memegang janjinya, anak belajar bahwa ia berarti, orang tua dapat diandalkan, dan hubungan emosional menjadi aman dan kuat.
Anak yang merasakan “orang tua saya pegang janji” akan memiliki kepercayaan dasar yang lebih kokoh yang bermanfaat untuk hubungan sosial dan perkembangan karakter.
Sebaliknya, kalau janji sering dilanggar atau dibiarkan begitu saja, dampaknya bisa serius.,anak bisa merasa diabaikan, bahwa kata-orang tua tidak berarti, dan mulai punya sikap “mengapa saya harus berharap”?
Dengan demikian, menjanjikan sesuatu bukan sekadar kata, tetapi bagian dari pola interaksi dan pembelajaran sosial anak. Bila janji selalu dikaitkan dengan imbalan (“kalau kamu begini, saya janji begitu”), maka anak bisa terbiasa melihat relasi sebagai transaksi yang berdampak kurang baik.
Karena itu sebelum menjanjikan sesuatu, orang tua sebaiknya memastikan bahwa mereka memang mampu memenuhi janji tersebut.
Bila tidak bisa menepati janji karena alasan yang sah (misalnya keadaan mendesak), sebaiknya jelaskan kepada anak mengapa janji itu harus ditunda atau diubah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun manusia bisa gagal, integritas tetap dijaga.
Janji bukanlah hiasan kata yang bebas diucapkan, melainkan jembatan kepercayaan antara orang tua dan anak.
Ketika kita menjaga jembatan itu dengan hati dan integritas, kita membantu anak tumbuh dengan rasa aman, dihargai, dan memiliki kepercayaan bahwa dunia tempat ia tumbuh adalah tempat yang bisa dipercaya.(*/janu)

