Tuesday, December 23, 2025
HomeSejarah & BudayaDibalik Tenangnya Rawa Pening: Cerita Rakyat atau Peristiwa Geologi?

Dibalik Tenangnya Rawa Pening: Cerita Rakyat atau Peristiwa Geologi?

MEDIAAKU.COM – Berada di dataran rendah yang dikelilingi oleh pegunungan Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Rawa Pening adalah sebuah danau semi-alam yang juga bermakna secara budaya dan lingkungan.

Menurut kajian geologi dan sumber tertulis, Rawa Pening terbentuk sebagai hasil perubahan alam cekungan yang menampung air ketika curah hujan tinggi pada sekitar 18.000 hingga 13.500 SM ( sumur monitoring), kemudian mencapai puncak luasnya sekitar 11.000–9.000 SM sebelum menyusut ke ukuran saat ini sekitar 6.000 SM. 

Sebagai danau yang menampung aliran dari beberapa sungai, Rawa Pening menjadi kawasan penting dari sisi ekologi, irigasi, pariwisata dan juga konservasi.

Penelitian oleh ahli seperti Ariyani Indrayati dan N. Izzatul Hikmah menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dan sedimentasi sungai hulu menjadi ancaman serius bagi Rawa Pening. 

Hal ini menegaskan bahwa danau ini bukan hanya warisan alam dan budaya, tetapi juga membutuhkan perhatian manajemen lingkungan agar tetap lestari.

Di samping aspek ilmiah, Rawa Pening juga dikenal lewat cerita rakyat yang hidup turun‐temurun di masyarakat Jawa Tengah.

Dari legendanya salah satu versi populer mengisahkan tentang seorang anak berbeda bernama Baru Klinting yang lahir dalam wujud naga dari seorang wanita bernama Endang Sawitri di desa Ngasem. 

Baru Klinting kemudian menancapkan sebuah lidi ke tanah sebagai tantangan kepada warga, dan dari tancapan itu muncul semburan air yang membanjiri desa sehingga terbentuklah danau Rawa Pening.

Rawa Pening adalah simbol perpaduan antara keindahan alam, cerita rakyat yang sarat makna, dan tantangan lingkungan kontemporer. Dari proses alam tulen yang membentuk cekungan dan air hingga kisah manusia dan makhluk mitos yang merefleksikan nilai kemanusiaan, danau ini mengajak kita untuk merawat, menghargai, dan belajar dari alam serta budaya kita.

Selain itu, dari sisi lingkungan, kita diingatkan bahwa alam itu harus dijaga bersama serta kapasitas alam tidak bisa dieksploitasi tanpa batas karena akan berdampak bagi banyak orang.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular