Friday, December 26, 2025
HomeSejarah & BudayaMengapa Jepara Disebut Kota Ukir? Menelusuri Jejak Sejarah yang Terlupakan

Mengapa Jepara Disebut Kota Ukir? Menelusuri Jejak Sejarah yang Terlupakan

MEDIAAKU.COM – Jepara, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah, dikenal luas sebagai Kota Ukir, julukan yang bukan sekadar simbol, melainkan wujud sejarah panjang dan kekayaan budaya yang masih dirawat hingga kini.Sejarah ukiran Jepara sudah tercatat sejak abad ke-15 dan terus berkembang sebagai identitas budaya dan ekonomi masyarakat Jepara.

Menurut penelitian Karmadi dan Kartadarmadja dalam buku “Sejarah perkembangan seni ukir di Jepara”, Jepara telah membentuk tradisi ukir yang kuat, di mana keterampilan mengukir diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi standar tinggi dalam kerajinan ukiran kayu.

Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal ukir Jepara adalah Tjie Hwio Gwan, seorang ahli ukir asal Tiongkok yang menetap di Jepara pada abad ke-16. Menurut Kustam Erey Kristiawan, Ketua Dewan Kesenian Daerah Jepara, Tjie Hwio Gwan mengajarkan teknik mengukir kepada penduduk setempat dan memiliki hubungan kekerabatan dengan tokoh kuat dalam sejarah Islam Jawa.  Peran Tjie ini sangat menentukan karena dia melatih penduduk lokal, dan hal itu menjadi dasar kemajuan seni ukir di Jepara.

Ukiran Jepara kemudian mendapat dorongan besar dari R.A. Kartini. Kartini melihat potensi seni ukir tidak hanya sebagai seni tradisional, tetapi juga sebagai sumber ekonomi dan daya ekspor. Ia mendukung para pengrajin untuk membuat furnitur ukir dan menjualnya ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta), bahkan merintis jalur perdagangan ukiran ke luar negeri.

Pendidikan ukir juga semakin terorganisir: pada tahun 1929 dibuka sebuah sekolah kejuruan dengan jurusan mebel dan ukir bernama Openbare Ambachtsschool, yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik. Ini membuka peluang bagi lebih banyak generasi Jepara untuk belajar secara formal dan menjaga kualitas ukiran khas kota mereka.

Motif ukiran Jepara sangat khas ,banyak menggunakan kayu jati dan menampilkan detail halus berupa flora-fauna, pola geometris, dan relief yang menggambarkan keindahan alam serta filosofi lokal.  Industri ukir ini kemudian menjelma menjadi pusat mebel berkelas dunia: Jepara kini dikenal dengan julukan “The World Carving Center” karena ukirannya diekspor ke banyak negara. Warisan budaya bukan sekadar harta masa lalu, tetapi fondasi untuk masa depan.

Dengan mewariskan keterampilan dan nilai-nilai tradisional seperti ketekunan, estetika, dan kolaborasi lintas generasi, masyarakat Jepara mampu mengubah seni menjadi sumber mata pencaharian berkelanjutan. Hal ini mengingatkan kita bahwa identitas lokal sangat berharga dan harus dilestarikan, sekaligus dikembangkan agar tetap relevan di era modern.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular