MEDIAAKU.COM – Sejarah tanggal dan waktu berawal dari kebutuhan manusia untuk memahami pola alam. Sejak ribuan tahun lalu, peradaban kuno mengamati pergerakan matahari, bulan, dan bintang untuk menentukan kapan harus menanam, memanen, atau melakukan kegiatan keagamaan.
Salah satu tokoh awal yang membahas perhitungan waktu adalah Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy, seorang astronom dari abad kedua yang menuliskan pemahaman tentang gerak benda langit dalam karyanya “Almagest”.Pemikirannya menjadi dasar bagi banyak peradaban dalam menentukan kalender.
Bangsa Mesir kuno adalah yang pertama mengenal pembagian waktu secara lebih teratur. Mereka mengembangkan kalender 365 hari berdasarkan naiknya bintang Sirius, seperti dijelaskan dalam buku “The Egyptian Calendar” karya Rolf Krauss. Pembagian siang dan malam didasarkan pada jam air dan sundial.
Sementara itu, bangsa Sumeria dan Babilonia memperkenalkan sistem waktu berbasis 60, yang hingga kini digunakan untuk menit dan detik. Pemilihan angka 60 bukan kebetulan; angka tersebut mudah dibagi oleh banyak bilangan sehingga praktis digunakan.
Konsep kalender modern banyak dipengaruhi oleh dunia Romawi. Julius Caesar, melalui reformasi yang dikenal sebagai Kalender Julian pada tahun 46 SM, memperbaiki kekacauan penanggalan sebelumnya dengan menetapkan tahun 365¼ hari.
Meski kalender Julian cukup akurat, tetap terjadi selisih kecil yang lama-lama menumpuk sehingga menyebabkan tanggal astronomi bergeser. Pada abad ke-16, Paus Gregorius XIII melakukan pembaruan melalui Kalender Gregorian, yang sekarang digunakan di hampir seluruh dunia.
Selain penanggalan, pengukuran waktu juga mengalami perkembangan besar. Pada abad ke-17, ilmuwan seperti Galileo Galilei dan Christiaan Huygens membuat jam pendulum yang lebih akurat yang menjadi dasar sistem waktu mekanis modern.
Di abad ke-20, perkembangan teknologi membawa manusia pada jam atom yang sangat presisi. Tokoh seperti Louis Essen berperan penting dalam menciptakan jam atom pertama, yang kemudian menjadi standar internasional bagi detik.
Standarisasi waktu global juga dipengaruhi oleh kemajuan transportasi dan komunikasi. Pada tahun 1884, konferensi internasional di Washington D.C. menetapkan Greenwich Mean Time (GMT) sebagai acuan waktu dunia. Keputusan itu menjadi pondasi bagi sistem zona waktu modern dan kemudian berkembang menjadi Universal Time Coordinated (UTC).
Dari perjalanan panjang ini, terlihat bahwa waktu bukan hanya soal detik dan menit, tetapi juga hasil kerja kolektif manusia untuk memahami alam dan menyelaraskan kehidupan. Waktu mengajarkan bahwa perubahan adalah bagian alami dari peradaban, dan kita dapat memilih untuk berkembang bersama arusnya.(*/janu)

