MEDIAAKU.COM – Flu Spanyol atau Spanish Flu adalah pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918–1919 dan dianggap sebagai salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe H1N1 yang berasal dari unggas, lalu bermutasi sehingga dapat menular antar-manusia.
Menurut sejarawan kesehatan Alfred W. Crosby dalam bukunya “America’s Forgotten Pandemic (1976)”, flu ini kemungkinan pertama kali muncul di Amerika Serikat, bukan di Spanyol, seperti yang sering disalahpahami.
Nama “Flu Spanyol” muncul karena Spanyol, yang tidak ikut Perang Dunia I, memiliki pers bebas sehingga berita tentang wabah lebih cepat dipublikasikan dibanding negara lain yang menerapkan sensor perang.
Pandemi ini menyebar sangat cepat, mengikuti arus perpindahan tentara selama Perang Dunia I. Para ilmuwan seperti Dr. Jeffery K. Taubenberger, peneliti yang berhasil mengidentifikasi kembali genetika virus 1918 melalui jaringan paru-paru korban, menjelaskan bahwa virus ini memiliki tingkat penularan yang luar biasa tinggi.
Taubenberger membahas temuannya secara mendalam dalam buku “Influenza: The Hundred-Year Hunt to Cure the Deadliest Disease in History” karya Jeremy Brown (2018), yang banyak mengutip risetnya.
Salah satu fakta yang paling mengejutkan adalah bahwa flu ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia, tetapi juga kelompok usia produktif 20–40 tahun. Hal ini diduga karena reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai cytokine storm.
Pakar sejarah kedokteran lain, John M. Barry, dalam bukunya yang terkenal The Great Influenza (2004), menggambarkan betapa kacau kondisi dunia pada waktu itu. Rumah sakit penuh, tenaga medis kewalahan, dan banyak kota memberlakukan pembatasan sosial meskipun belum seketat konsep karantina modern.
Di beberapa wilayah, pemerintah bahkan tidak mampu mengurus jenazah karena jumlah korban yang begitu besar. Barry menyebut pandemi 1918 sebagai “guru besar kesehatan masyarakat” karena memperlihatkan betapa rentannya dunia terhadap penyakit baru.
Flu Spanyol akhirnya mereda pada pertengahan 1919 setelah virus mengalami mutasi menjadi bentuk yang kurang mematikan. Namun, bekasnya tertinggal lama dalam ingatan kolektif manusia. Pandemi ini diperkirakan menewaskan 50–100 juta orang di seluruh dunia, menjadikannya lebih mematikan daripada Perang Dunia I itu sendiri.
Pesan yang dapat diambil dari sejarah Flu Spanyol adalah bahwa kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama. Keterbukaan informasi, kerja sama ilmiah, dan kepedulian sosial terbukti mampu menyelamatkan banyak nyawa.
Pandemi mengingatkan kita bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak boleh membuat manusia lengah. Dunia selalu membutuhkan solidaritas, empati, dan kesiapsiagaan agar tragedi serupa tidak terulang kembali.(*/janu)

