Wednesday, December 31, 2025
HomeSejarah & BudayaKebab: Hidangan Sederhana dengan Jejak Sejarah yang Rumit,Benarkah?

Kebab: Hidangan Sederhana dengan Jejak Sejarah yang Rumit,Benarkah?

MEDIAAKU.COM – Kebab adalah salah satu makanan khas Timur Tengah yang kini dikenal hampir di seluruh dunia. Hidangan ini umumnya berupa daging yang dipanggang atau dibakar, lalu disajikan dengan roti, nasi, atau sayuran.

Meski bentuk kebab sangat beragam, para ahli sejarah kuliner sepakat bahwa akar kebab sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Charles Perry, seorang sejarawan makanan Timur Tengah, menjelaskan bahwa praktik memanggang daging di atas bara api sudah dikenal di kawasan Persia sejak era kuno. Teknik ini kemudian berkembang seiring perpindahan para prajurit dan pedagang yang membawa cara memasak tersebut ke berbagai wilayah .

Claudia Roden, dalam bukunya “The New Book of Middle Eastern Food”, mencatat bahwa kata “kebab” pertama kali muncul dalam naskah masakan Persia abad ke-10. Pada masa itu, kebab bukanlah makanan cepat saji seperti sekarang. Hidangan ini dianggap spesial karena daging, terutama daging domba, merupakan bahan yang cukup berharga.

Di kalangan bangsawan dan tentara, kebab menjadi hidangan yang melambangkan kekuatan dan kehangatan, terutama ketika dimasak di medan perang menggunakan pedang sebagai tusukan daging.

Perkembangan kebab semakin pesat ketika Kekaisaran Ottoman berkuasa. Alan Davidson, penulis “The Oxford Companion to Food”, menjelaskan bahwa pada masa Ottoman, kebab mengalami variasi bentuk dan teknik memasak.

Dari sinilah muncul jenis-jenis kebab seperti shish kebab (kebab tusuk), döner kebab (kebab putar), dan adana kebab yang berbumbu kuat. Istanbul menjadi pusat penyebaran kebab karena perannya sebagai kota besar yang menghubungkan Eropa dan Asia. Para pedagang yang singgah membawa resep kebab ke berbagai daerah, membuat hidangan ini berkembang sesuai budaya setempat.

Masuknya kebab ke Eropa terjadi melalui imigrasi pekerja dari Turki, Arab, dan Asia Selatan pada abad ke-20. Döner kebab menjadi salah satu yang paling populer, terutama di Jerman. Banyak penelitian kuliner menyebutkan bahwa döner kebab modern yang dijual sebagai makanan cepat saji berkembang pesat di Berlin pada tahun 1970-an ketika imigran Turki mulai berbisnis kuliner sederhana.

Dari Jerman, kebab kemudian menyebar ke seluruh Eropa sebagai makanan praktis yang cocok untuk masyarakat perkotaan.Di Indonesia, kebab mulai populer pada awal 2000-an melalui franchise dan pedagang perorangan. Meski bukan makanan asli nusantara, kebab diterima dengan cepat karena rasanya cocok dengan lidah masyarakat dan mudah dimodifikasi.

Dari perjalanan sejarahnya, kebab bukan hanya sekadar makanan, melainkan bukti bagaimana budaya dapat berpindah, berbaur, dan tumbuh. Kebab menunjukkan bahwa sebuah hidangan dapat menghubungkan bangsa-bangsa dan menjadi jembatan pertemuan antarbudaya.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular