MEDIAAKU.COM – Hallo Bunda, benar tidak, jika punya anak yang sering membantah seperti memiliki lawan debat, selalu ada bantahan atau penolakan dalam setiap perintah yang kita berikan, misalnya “Ayo mandi sekarang! Jawaban anak” Nanti Ma, ini film lagi seru” dan banyak lagi contoh dalam kehidupan sehari hari yang membuat Bunda kesal dan terkadang habis kesabaran.
Tapi sebelum Bunda naik darah, ayo Bun kita lihat buku “The Whole- brain child” karya Daniel J Siegel. Menurutnya otak manusia dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
- Otak bagian atas yang bertanggung jawab atas logika dan pengendalian diri.
- Otak bagian bawah fungsinya untuk mengatur emosi dan reaksi insting.
Muncul pertanyaan apa hubungannya teori diatas dengan kebiasaan anak membantah? Begini Bun, anak pada usia balita sampai remaja dikendalikan oleh otak bagian bawah yang emosional ketika merasa terancam.
Respon “lawan atau lari” begitu kuat menguasai pikirannya. Sedangkan perkembangan Otak bagian atas belum matang sampai kurang lebih usia 20 tahun, sehingga anak sering kali terjebak dalam emosi ketika lelah atau stress karena tidak seimbangnya perkembangan otak.
Perlu diperhatikan ya Bun, anak anak jika suka membantah itu bukan karena mereka nakal namun karena otaknya belum mampu mengelola emosi dan komunikasi dengan baik.
Lalu bagaimana bunda menyikapinya? Menurut Siegel berikut ada beberapa cara, antara lain:
- Menghubungkan dan mengarahkan ulang (Connect and Redirect)
- Memvalidasi emosi awal dulu. Misal”Bunda tahu kamu kesal karena harus berhenti main game”
- Setelah anak tenang, Bunda dapat mengajaknya untuk berdiskusi logis”Tapi ini kan waktunya makan, nanti main nya di lanjut sebentar ya”.
- Melibatkan, bukan memancing amarah (Engage, dont enrage)
Hindari memicu otak bawah anak dengan ancaman, misal dengan perkataan: “Menurutmu mengapa kita harus membereskan mainan setelah dimainkan? “
- Ajaklah bergerak agar emosi tidak membeku.
Intinya ketika anak terjebak dalam emosi negatif misal karena stress atau takut, gerakan fisik akan membantu mengembalikan keseimbangan otak.
- Beri pilihan terbatas.
Misal “mau mandi sekarang atau 10 menit lagi?” hal ini akan memberi anak rasa hormat tanpa melanggar aturan.
- Melatih Empati.
Mengaktifkan otak bagian atas untuk berfikir sosial, misal: Bagaimana perasaanmu jika melihat pengemis di jalan?
Dalam beberapa hal perilaku membantah yang disertai agresivitas fisik misalnya memukul atau melempar barang, perlu diwaspadai ya, Bun. Ada baiknya jika hal tersebut terjadi konsultasikan dengan ahlinya untuk penanganan awal.
Nah itulah sedikit gambaran bagaimana menangani anak yang suka membantah, pada dasarnya membantah itu tanda anak punya keberanian berpendapat lho, hanya saja kita harus mengarahkan pemikiran dan penyampaiannya dengan baik.
Gambaran tersebut dapat berguna bagi kita semua dalam hal mendidik dan mengarahkan anak anak kita menjadi pribadi yang berani berpendapat dan bertanggung jawab di masa depan.
Sampai jumpa di lain artikel ya Bun dan terima kasih atas perhatiannya. (*/Janu)