MEDIAAKU.COM – Kayan Lahwi adalah salah satu sub-suku dari etnis Kayan yang tinggal di wilayah perbukitan perbatasan Myanmar dan Thailand. Mereka lebih dikenal oleh dunia luar sebagai “wanita leher panjang” karena tradisi mengenakan cincin logam di leher sejak usia dini.
Cincin-cincin ini bukan untuk memanjangkan leher secara harfiah, tetapi menekan tulang bahu ke bawah sehingga leher tampak lebih panjang.
Menurut buku “The Art of Not Being Governed” karya James C. Scott, masyarakat pegunungan seperti Kayan Lahwi memilih hidup terasing dari pemerintahan pusat untuk mempertahankan kebudayaan mereka.
Mereka hidup sederhana, bergantung pada pertanian, tenun, dan kerajinan tangan. Menurut U Aung Roe terdapat sekitar 40.000 kayan di negeri Shan (sekitar wilayah Pekon) dan 20.000 di negeri Kayah (sekitar Dermawso dan Loikow), diperkirakan terdapat sekitar 130.000 Kayan pada tahun 2004.
Dalam budaya mereka, mengenakan cincin bukan paksaan, melainkan pilihan, banyak perempuan muda dengan bangga mengikuti tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, dan kesadaran bahwa cincin-cincin itu bukan hanya perhiasan, tetapi cerita hidup, lambang ketahanan, dan suara sunyi sebuah komunitas yang terus berusaha mempertahankan diri di tengah dunia yang berubah cepat.
Kita tidak selalu harus mengadopsi semua kebudayaan, tetapi sepatutnya belajar untuk memahami dan menghormatinya. (*/janu)