MEDIAAKU.COM – Onychophagia adalah kebiasaan menggigit kuku, yang sering dilakukan anak-anak secara tidak sadar. Meskipun tampak sepele, kebiasaan ini bisa berdampak buruk, seperti melukai kulit di sekitar kuku, menyebabkan infeksi, serta mengganggu pertumbuhan kuku. Lebih dari itu, kebiasaan ini bisa menjadi cerminan dari kondisi emosional anak, seperti rasa cemas, stres, atau bosan.
Dalam buku The Whole-Brain Child karya Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson, dijelaskan bahwa perilaku anak sering kali berkaitan erat dengan perkembangan otaknya dan cara mereka memproses emosi.
Ketika anak menggigit kuku, itu bisa menjadi cara tubuhnya merespons situasi yang membuatnya tidak nyaman. Langkah awal adalah memperhatikan pola kebiasaan anak. Kapan ia mulai menggigit kuku? Apakah saat sedang gelisah, belajar, atau saat dimarahi?
Setelah memahami situasi pemicunya, orang tua bisa mulai mendampingi anak untuk mengenali perasaannya. Misalnya, ketika anak mulai menggigit kuku, katakan dengan lembut, “Kamu lagi gugup, ya? Gimana kalau kita tarik napas bareng-bareng dulu?” Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa ada cara lain untuk mengatasi perasaannya.
Sangat penting adanya koneksi emosional antara orang tua dan anak. Anak yang merasa dimengerti akan lebih terbuka dan lebih mudah dibimbing. Oleh karena itu, berikan dukungan positif saat anak mulai berusaha berhenti menggigit kuku.
Hindari mempermalukan atau menghukum, karena itu hanya akan menambah tekanan emosional dan membuat kebiasaan makin sulit dihentikan.Ajarkan anak cara menenangkan diri, seperti menggambar, memegang benda kecil, atau bernapas dalam-dalam. Biarkan mereka memilih cara yang paling nyaman, agar prosesnya menjadi alami dan tidak dipaksakan.
Kebiasaan buruk pada anak bukan semata-mata masalah disiplin, melainkan sinyal bahwa mereka butuh bantuan memahami dirinya. Dengan kasih sayang dan pendekatan yang bijak, anak akan belajar mengelola emosi secara sehat dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang dan percaya diri.(*/janu)