MEDIAAKU.COM – Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M.Si., dosen Program Studi Kimia dari Kelompok Keilmuan Kimia Hayati, Fakultas Sains Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, berhasil menemukan senyawa bernama Kuwanon J yang berasal dari tanaman Morus shalun atau murbei. Penelitian ini mengungkap potensi senyawa tersebut sebagai agen antikanker serviks.
Senyawa Kuwanon J merupakan hasil dari reaksi kimia Diels-Alder yang terbentuk melalui proses biotransformasi dengan bantuan enzim Diels-Alderase. Pada pengujian awal, senyawa ini menunjukkan kemampuan sitotoksik terhadap sel kanker serviks, menandai potensi besar untuk pengembangan terapi berbasis bahan alami.
Melansir dari laman Kemdiktisaintek, Sabtu (26/7/2025) Temuan ini disampaikan Dr. Rahmat dalam acara Mimbar Akademik yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains ITERA, bertempat di Aula Gedung F. Acara tersebut turut dihadiri Dekan Fakultas Sains Dr. Ikah Ning Prasetiowati Permanasari, S.Si., M.Si., dan sivitas akademika lainnya.
Dalam keterangannya, Dr. Rahmat menjelaskan bahwa pendekatan penelitian yang digunakan melibatkan teknik kultur jaringan tanaman, serta eksplorasi mikroorganisme seperti jamur dan bakteri untuk mendapatkan senyawa bioaktif.
“Murbei menghasilkan senyawa fenolik unik dengan rantai isoprenil. Rantai ini menjadi kunci dalam pembentukan struktur cincin metil sikloheksena melalui reaksi Diels-Alder,” ungkapnya.
Tanaman murbei sendiri termasuk dalam famili Moraceae dan dikenal luas di wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia dan Asia Tengah. Selain murbei, Dr. Rahmat juga menggali potensi senyawa dari tanaman lain yang berkhasiat antikanker, seperti Paclitaxel dari cemara gunung (Taxus sumatrana), phytosterol dari bakau minyak (Rhizophora apiculata), amyrin dari sikat botol (Callistemon citrinus), serta lapachol dari tabebuya (Tabebuia aurea).
Ia menyoroti pentingnya kekayaan hayati Indonesia sebagai sumber bahan obat yang potensial dan lebih aman dibandingkan senyawa sintetis.
“Senyawa dari alam umumnya memiliki efek samping yang lebih ringan, sehingga lebih aman untuk dikembangkan sebagai obat,” jelas Dr. Rahmat.
Sementara itu, Dr. Ikah Ning dalam sambutannya menekankan bahwa Mimbar Akademik menjadi sarana penting untuk mendorong kolaborasi ilmiah dan pengembangan riset yang aplikatif.
“Forum ini menjadi wadah bertukar gagasan dan memperkuat kontribusi ilmiah ITERA dalam ranah sains dan teknologi,” katanya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum apt. Dirga, S.Farm., M.Sc., Plh. Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan Dr. I Putu Mahendra, S.Si., serta para ketua program studi dan dosen lainnya.
Acara ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang mendorong semangat inovasi, memperkuat budaya riset, serta membuka peluang sinergi lintas bidang, terutama dalam pemanfaatan biodiversitas lokal untuk dunia kesehatan dan farmasi. (*/Stephany)