MEDIAAKU.COM – Mandi bisa menjadi tantangan sehari-hari, terutama jika membuat anak merasa terpaksa. Untuk mencegah hal itu, pendekatan lembut dan kreatif bisa membuat mandi bukan kewajiban, melainkan momen menyenangkan.
Menurut Dr. Laura Markham dalam pendekatan non-punitive discipline, anak lebih merespons ketika mereka merasa ingin menyenangkan orang tua, bukan karena diintimidasi.
Lalu apa yang biasa menjadi alasan anak menolak mandi? Bisa jadi karena rasa takut air atau sampo mengenai mata, atau karena mandi dianggap mengakhiri kesenangan bermain. Memahami alasannya sangat penting, yakinkan dia bahwa mandi itu tidak berbahaya, tunjukkan bagaimana membilas rambut tanpa membuat mata perih.
Selanjutnya, jadikan mandi waktu bermain yang menyenangkan. Mainan seperti bebek karet, busa berwarna, dan cerita imajinatif misalnya “air ajaib pahlawan” yang membersihkan kuman mengubah kesan mandi dari tugas menjadi petualangan.
Menciptakan suasana ini secara konsisten, misalnya mandi di waktu yang sama setiap hari, juga membantu anak merasa lebih siap dan nyaman.Libatkan anak dalam rutinitas, biarkan mereka memilih sabun, tokoh favorit, atau nyanyiannya. Mengambil sedikit kendali membuat mereka merasa dihargai dan antusias.
Saat mandi, jadikan momen kedekatan ajak bernyanyi, berbicara ringan, atau sambil menyeka lembut tubuhnya agar terbentuk kehangatan emosional.Akhirnya, ajaklah anak bersikap peneliti kecil tanyakan mengapa dia tidak suka mandi, dengarkan jawabannya dengan penuh perhatian.
Mengajak anak mandi dengan penuh pengertian, kreativitas, dan kelembutan bukan hanya soal kebersihan tubuh, tetapi juga melatih empati, kemandirian, dan memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak.(*/janu)