MEDIAAKU.COM – Suku Sasak adalah penduduk asli Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keberadaan mereka sudah tercatat sejak berabad-abad lalu, bahkan sebelum pengaruh Hindu, Islam, maupun kolonial masuk ke wilayah ini.
Dalam catatan sejarah, nama “Sasak” diduga berasal dari kata sak-sak yang berarti perahu, menggambarkan masyarakat yang sejak dahulu erat dengan laut. Ada pula yang mengaitkan dengan kata sa’-saq dalam bahasa setempat yang bermakna “satu-satu,” sebagai simbol kebersamaan dan identitas yang menyatu.
Menurut penjelasan Lombard (1996) dalam Nusa Tenggara: Sejarah dan Kebudayaan, jejak awal masyarakat Sasak berkaitan dengan kebudayaan Austronesia yang bermigrasi dari Asia ke kepulauan Nusantara. Mereka kemudian membentuk komunitas agraris yang bergantung pada pertanian padi, palawija, dan perikanan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh kerajaan Hindu-Jawa, terutama dari Majapahit, turut masuk ke Lombok pada abad ke-14. Hal ini terlihat dari tradisi, arsitektur, serta sistem sosial yang mirip dengan Jawa kuno.
Namun, titik balik besar dalam sejarah Sasak terjadi pada abad ke-16 ketika ajaran Islam masuk melalui ulama dari Jawa dan Makassar. Dari sinilah lahir tradisi keagamaan khas yang dikenal sebagai Islam Wetu Telu, sebuah bentuk Islam sinkretis yang memadukan ajaran Islam dengan adat lokal.
Kolonial Belanda kemudian menancapkan kekuasaan pada abad ke-19 setelah mengalahkan kerajaan-kerajaan lokal di Lombok. Meski mengalami tekanan, masyarakat Sasak tetap mempertahankan bahasa, adat, serta kesenian mereka. Tradisi peresean (adu ketangkasan dengan rotan), gandrung (tarian pergaulan), dan kain tenun songket menjadi warisan budaya yang masih lestari.
Sejarah panjang ini mengajarkan bahwa Suku Sasak adalah bangsa pejuang yang mampu bertahan di tengah perubahan zaman. Mereka selalu menemukan cara untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.(*/janu)