MEDIAAKU.COM – Disgrafia adalah salah satu gangguan belajar yang sering kurang diperhatikan, padahal dampaknya cukup besar terhadap perkembangan anak di sekolah. Istilah ini merujuk pada kesulitan dalam keterampilan menulis, baik dari sisi bentuk huruf, tata letak tulisan, maupun kemampuan menuangkan ide ke dalam tulisan.
Menurut Santrock dalam “Educational Psychology (2011)”, disgrafia bukanlah masalah kecerdasan, melainkan kesulitan spesifik pada kemampuan motorik halus dan pengorganisasian bahasa tulis.
Anak biasanya mengalami kesulitan menjaga kerapian tulisan. Huruf-huruf tampak tidak konsisten, sering keluar dari garis, atau ukuran tulisannya tidak seimbang. Selain itu, anak juga bisa merasa cepat lelah saat menulis dan sulit menyusun kalimat yang runtut.
Hal ini tentu berpengaruh pada prestasi akademik, terutama di pelajaran yang banyak menuntut catatan atau esai. Namun penting dipahami, disgrafia berbeda dengan sekadar “tulisan jelek”. Kesulitan ini bersifat menetap dan membutuhkan strategi khusus untuk membantu anak.
Dalam literatur pendidikan, salah satu cara membantu anak dengan disgrafia adalah memberikan dukungan belajar yang sesuai. Misalnya melalui latihan motorik halus, penggunaan teknologi seperti komputer atau tablet, serta bimbingan menulis yang sabar dan bertahap.
Disgrafia bukanlah hambatan untuk sukses, melainkan tantangan yang bisa diatasi dengan kesabaran, dukungan, dan pemahaman. Seperti pepatah yang mengatakan, “setiap anak adalah bintang, mereka hanya bersinar dengan caranya sendiri.”
Dengan sikap terbuka dan kasih sayang, anak-anak dengan disgrafia dapat berkembang menjadi pribadi yang percaya diri dan berprestasi.(*/janu)