MEDIAAKU.COM – Untuk memperingati Peristiwa Heroik Merah Putih ke-78, maka Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) akan menggelar Apel dan Ziarah di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada Sabtu pagi, 17 Februari 2024, pukul 08.00 WIB hingga selesai.
Bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) pada Apel dan Ziarah nanti adalah Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, SE. Apel dan Ziarah ini juga akan dihadiri sejumlah Tokoh GPPMP antara lain Ketua Dewan Penasihat GPPMP Theo L Sambuaga.
Apel dan Ziarah ini dimotori oleh Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946, dibawah Ketua Umum Jeffrey M Rawis, Sekretaris Jenderal Tedy A Matheos, dan Bendahara Umum Fabian B Pascoal.
Sebagai informasi peristiwa Heroik 14 Februari 1946 di Manado, Sulawesi Utara, adalah sebuah peristiwa yang disebut Peristiwa Merah Putih, dimana Para Tentara KNIL dan Pemuda Pro Republik menyerang pasukan Belanda (NICA) yang berusaha menyumbat gaung kemerdekaan di tanah Minahasa.
Waktu itu Gubernur Sulawesi, Sam Ratulangi, lewat surat rahasianya, meminta tentara KNIL asal Minahasa yang pro RI segera melakukan aksi militer di tangsi KNIL (Sekarang Markas Pomdam XIII/Merdeka) di Teling, Manado.
Surat rahasia itu lalu diserahkan pada politisi setempat Bernard Wilhelm Lapian dan Ch. Ch. Taulu yang merupakan tokoh militer.
Sejumlah tentara KNIL yang tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) dan tokoh masyarakat maupun politisi Minahasa yang pro RI langsung merancang perebutan tangsi dari tentara Belanda tersebut. Peristiwa itu dilakukan pada tanggal 14 Februari 1946.
Waktu itu para Pemuda dan Tentara KNIL Pro Republik sukses menahan Residen Coomans de Ruyter dan Komandan NICA Letkol de Vries beserta mereka yang pro-NICA.
Para pejuang Pro Republik juga berhasil membebaskan tahanan antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan.
Para pejuang juga berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya dan menaikkan kembali warna merah putih ke puncak tiang bendera.
Berita mengenai perebutan kekuasaan itu pun dikirim ke pemerintah pusat RI di Yogyakarta disertai maklumat yang ditandatangani Ch. Taulu.
Dua hari setelah pemerintahan Merah Putih di Minahasa terbentuk di mana B.W. Lapian ditunjuk sebagai residennya. Sementara itu, Ch. Ch. Taulu, SD. Wuisan, dan J. Kaseger menjadi pemimpin satuan lokal Tentara Indonesia. (*hvs)

