Wednesday, October 22, 2025
HomePolitikAnies: Banyak Aturan Ditekuk, Prabowo: Saya Pertaruhkan Nyawa Saya, Ganjar: Satu Pikiran,...

Anies: Banyak Aturan Ditekuk, Prabowo: Saya Pertaruhkan Nyawa Saya, Ganjar: Satu Pikiran, Perkataan dan Perbuatan

Foto: Kolase, Ketiga Capres Pemilu 2024


MEDIAAKU.COM – Jakarta –
Pada pemilu tanggal 14 Februari 2024 saatnya para pemilih mulai dan sudah menentukan pilihan siapa calon presiden (capres) RI lima tahun mendatang.

Ketiga capres, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo sudah menyampaikan visi misinya pada saat debat capres pertama di halaman kantor KPU RI, Selasa malam, 12 Desember 2023.

Capres Anies Baswedan pada garis besarnya untuk visi misi mengatakan banyak aturan ditekuk sesuai dengan kepentingan yang sedang memegang kekuasaan, “Apakah ini akan diteruskan ?,” ujar Anies.

Capres Prabowo Subianto, pada saat menyampaikan visi misi menitik beratkan bahwa republik ini harus didasarkan atas hukum dan kedaulatan rakyat. “Itulah perjuangan saya selama ini dan saya pertaruhkan nyawa saya, jiwa saya untuk membela demokrasi hukum dan HAM kita,” kata Prabowo.

Capres Ganjar Pranowo pada visi misinya menyampaikan, apa yang disampaikan oleh rakyat masuk dalam pikiran seorang pemimpin, satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan. “Ini sesuatu yang sungguh penting,” cetus Ganjar.

Berikut pernyataan lengkap visi-misi dari ketiga capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, pada debat pertama capres, Selasa malam, 12 Desember 2023, yang dihimpun mediaaku.com :

Anies Baswedan :

Negara hukum menempatkan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadir rasa keadilan, memberikan kebermanfaatan, dan memberikan kepastian kepada semua. Ini harus dipegang teguh oleh pemegang kekuasaan, baik yang di puncak dan seluruh jajaran.

Tapi apa yang terjadi? Banyak aturan ditekuk sesuai dengan kepentingan yang sedang memegang kekuasaan. Apakah ini akan diteruskan? Tidak, ini harus diubah, ini harus dikembalikan. Kemudian kita menyaksikan betapa pada hari-hari ini tatanan ketika kita menyelenggarakan pemerintahan sering tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang kita pegang. Karena itulah kami melihat perubahan ini harus kita kembalikan.

Negara ini adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan. Dalam negara hukum, kekuasaan diatur oleh hukum. Dalam negara kekuasaan, hukum diatur oleh penguasa dan kita tidak menginginkan itu terjadi.

Pada saat ini kalau kita lihat hukum itu harusnya tegak begini. Inilah hukum. Dalam kenyataannya, dia bengkok. Dia tajam ke bawah, dia tumpul ke atas. Dan kondisi ini tidak boleh didiamkan, tidak boleh dibiarkan dan harus berubah. Karena itu kita mendorong perubahan. Mengembalikan hukum, menjadi tegak kepada semuanya.

Dan bila kita saksikan hari ini ada satu orang milenial bisa menjadi calon wakil presiden. Tetapi ada ribuan milenial, generasi Z, yang peduli pada anak-anak bangsa, yang peduli pada mereka yang termarjinalkan, ketika mereka mengungkapkan pendapat, ketika mereka mengkritik pemerintah, justru mereka sering dihadapi dengan kekerasan, dihadapi dengan benturan dan bahkan gas air mata. Apakah kondisi ini akan dibiarkan? Tidak, kita harus lakukan perubahan.

Oleh karena itu, kami memperhatikan ini sebagai halal yang mendasar. Yang tidak kalah penting, ini kedua nih. Kita menyaksikan pada saat ini ada peristiwa seperti peristiwa Ibu Mega. Ibu Mega Suryani Dewi, seorang ibu rumah tangga yang mengalami kekerasan rumah tangga, lapor pada negara tidak diperhatikan. Dan dia meninggal, korban kekerasan. Apakah akan dibiarkan? Tidak, ini harus diubah.

Dan tidak kalah penting, hadir bersama saya di sini, ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu. Protes hasil pemilu, apa yang terjadi? Dia tewas, sampai dengan hari ini tidak ada kejelasan, apakah ini akan dibiarkan? Tidak.

Karena itu, kami mendedikasikan diri. Hadir untuk memberikan komitmen bahwa dari puncak sampai ke bawah kami akan tegakkan hukum pada siapa saja. Kami kembalikan marwah kehidupan bernegara yang menempatkan hukum sebagai tempat yang paling tinggi. Dan ketentuan itu berlaku pada semua, termasuk ketika menyangkut urusan ASN, menyangkut urusan TNI dan Polri. Terima kasih.

Prabowo Subianto :

“Kami menempatkan hukum HAM perbaikan pelayanan pemerintahan pemberantasan korupsi perlindungan terhadap semua kelompok di masyarakat sebagai sesuatu yang sangat penting.

Karena itu dalam visi misi kita, hal-hal ini ditaruh di paling atas. Kita sadar dan saya sadar sejak muda saya telah mengangkat sumpah untuk membela Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.

Di dalam Undang-Undang Dasar 45, di situ pendiri-pendiri bangsa kita mendirikan sebuah Republik.

Republik itu harus didasarkan atas hukum dan kedaulatan rakyat. Itulah perjuangan saya selama ini dan saya pertaruhkan nyawa saya, jiwa saya untuk membela demokrasi hukum dan HAM kita.

Faham kita. Mengerti masih banyak kekurangan, tetapi kita harus bersyukur di tengah dunia yang penuh tantangan ketidakpastian dimana terjadi perang dimana-mana, dimana negara-negara begitu banyak yang terjadi perang saudara, kerusuhan.

Indonesia masih aman Indonesia masih damai. Indonesia masih terkendali. Harga-harga masih terkendali, ekonomi untuk rakyat kita masih aman. Karena apa? Karena kepemimpinan. Karena apa? Karena management negara yang berhasil.

Saudara-saudara, apakah di tengah 80 juta rakyat masa tidak ada kekurangan? Tetapi kita harus arif. Kita harus dewasa dan kita tidak boleh munafik.

Pemimpin itu Ing Ngarso Sung Tulodo. Harus memberi contoh, saudara-saudara sekalian. Prabowo-Gibran kita akan perbaiki yang harus diperbaiki. Kita akan tegakkan.

Apa yang perlu ditegakkan dan kita bertekad memberantas korupsi sampai ke akarnya memberantas korupsi sampai ke akarnya.

Saudara-saudara sekalian, saya kira demikian yang ingin saya sampaikan. Program kita baik tujuan kita baik keinginan kita, baik mari kita berbuat kebaikan demi rakyat kita.

Kita butuh persatuan dan kesatuan. Kita tidak perlu saling menghasut, saling mencela, saling menghina. Demi rakyat kita yang kita cintai, kita butuh kesejukan, ketenangan, kerukunan.

Kita negara majemuk. Kita negara ratusan kelompok etnis berbagai agama besar. Pemimpin harus sejuk. Pemimpin harus dewasa.”

Ganjar Pranowo :

Saya dan Pak Mahfud mulai perjalanan pada saat pembukaan kampanye dari ujung timur Indonesia dan Barat, dari Sabang sampai Merauke, hanya ingin mendengarkan dan ingin melihat secara langsung apa yang disampaikan oleh rakyat, apa yang dirasakan oleh rakyat, sehingga ketika kontestasi lima tahunan ini berlangsung harapan itu ada, dan masuk dalam pikiran seorang pemimpin, satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan. Ini sesuatu yang sungguh penting.

Di Merauke, kami menemukan pendeta namanya Pak Leo. Dia harus menolong seorang ibu ingin melahirkan, karena tidak adanya fasilitas kesehatan, dan beliau belajar dari Youtube, sesuatu hak kesehatan yang tidak bisa didapat. Maka kita sampaikan kepada pendeta Leo, kami akan bangunkan itu dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia , bahwa satu desa, satu puskesmas atau posko dengan satu nakes yang ada.

Pak Mahfud juga menyampaikan kepada para guru yang ada di Aceh, di Sabang sana. Ada juga guru agama di sana kita ingin membangun Indonesia yang hebat dengan SDM yang unggul, tapi apakah kita sudah memperhatikan mereka? Tentu kemajuan yang selama ini ada mesti kita lakukan jauh lebih cepat, lebih satset, dan perhatian itu mesti diberikan, dan itulah di sana kita memperhatikan nasib para guru termasuk guru agama. Insentif kepada mereka kita berikan agar mereka bisa mengajarkan budi pekerti yang luhur dengan moderasi agama yang ada.

Bapak Ibu cerita ini belum cukup, saya berjalan ke NTT, kami ketemu dengan masyarakat yang ada di sana. Pak Ganjar, kenapa kami anak muda tidak mudah mendapatkan akses pekerjaan padahal itu hak kami? Kenapa kemudian kami mendapatkan kesulitan untuk akses internet padahal kami butuh belajar, tidak sama dengan yang di Jawa? Catatan inilah yang mendorong pikiran kami, internet gratis untuk para siswa yang sedang bersekolah agar mereka punya kesamaan dengan kita semua yang ada di Jawa ini.

Kami bergeser lagi kemudian ketemu kawan-kawan penyakit dan disabilitas di NTT. Betapa bahagianya saya karena ketemu dengan orang yang berjuang dengan keras agar dia bisa setara, dan pemerintah mesti perhatikan mereka untuk memberikan kesetaraan pada mereka itu.

Tapi bapak Ibu, saya mendengar ketika demokratisasi mesti berjalan dan demokrasi mesti kita jaga bersama. Ada Ibu Sinta yang ketika menyampaikan pendapat harus berusaha dengan aparat keamanan. Ada Melki Ketua BEM yang kemudian ibunya harus diperiksa. Maka yang seperti ini harus usai, dan mereka bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan kalau government terjadi. (hvs)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terpopular