MEDIAAKU.COM – Kebutuhan energi listrik di kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Untuk menjawab tantangan tersebut, negara-negara anggota ASEAN mendorong kerja sama interkoneksi kelistrikan melalui proyek ASEAN Power Grid (APG). Indonesia pun menyatakan komitmennya untuk berperan aktif dalam inisiatif ini, bahkan siap menjadi pusat penghubung energi di kawasan.
Melansir dari laman KemenESDM, Selasa (21/10/2025) Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, menjelaskan bahwa integrasi jaringan listrik antarnegara ASEAN sangat memungkinkan untuk diwujudkan.
“Peta integrasi antar grid sudah kita lihat, dan seiring meningkatnya kebutuhan energi di ASEAN, Indonesia perlu bersiap menjadi hub energi kawasan,” ujarnya seusai menghadiri 43rd ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) di Kuala Lumpur, Malaysia.
Saat ini, Indonesia telah menjalin kerja sama kelistrikan lintas batas dengan Malaysia, khususnya di wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung. Total impor listrik dari Malaysia mencapai sekitar 200 megawatt (MW), dan kerja sama tersebut tengah diperpanjang izinnya.
Lebih lanjut, Yuliot mengungkapkan bahwa rencana penguatan jaringan kelistrikan nasional dan regional akan dimasukkan ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dalam 10 tahun ke depan, pemerintah menargetkan pembangunan 48.000 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi baru untuk memperkuat sistem kelistrikan dalam negeri sekaligus mendukung integrasi dengan ASEAN.
Untuk mendukung proyek besar ini, pemerintah juga membuka peluang investasi dengan nilai mencapai Rp600 triliun. Investasi tersebut tidak hanya berasal dari anggaran pemerintah, tetapi juga diharapkan menarik partisipasi sektor swasta.
“Kita mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan jaringan listrik nasional dan regional agar kolaborasi ini dapat berjalan optimal,” tambah Yuliot.
Dalam pertemuan AMEM ke-43, Indonesia juga menekankan pentingnya transisi energi yang adil, inklusif, dan teratur di kawasan Asia Tenggara. Menurut Yuliot, kebijakan energi harus memperhatikan keseimbangan antara sektor energi, ekonomi, dan lingkungan agar sejalan dengan ASEAN Community Vision 2045.
“Transisi energi harus tetap mengutamakan ketahanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan agar tidak ada negara anggota yang tertinggal,” tegasnya.
Di bawah kepemimpinan Malaysia, AMEM ke-43 berhasil mencapai sejumlah capaian penting, termasuk pengesahan Nota Kesepahaman baru tentang Jaringan Listrik ASEAN (APG). Inisiatif ini diharapkan semakin memperkuat interkoneksi energi regional dan mendorong kemandirian energi di kawasan Asia Tenggara.(*/Stephany)