mediaaku.com – Sebagian besar orang mungkin pernah mengalami bullying dalam hidupnya entah itu saat kecil, remaja , bahkan orang dewasa pun bisa terkena bullying.
Bullying juga sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang, bahkan bisa sampai terkena gangguan mental. Dikutip dari artikel sehatq yang ditinjau oleh dr. Reni Utara, terdapat beberapa jenis bullying yang terjadi pada orang dewasa, yakni:
1. Narcissistic adult bullyÂ
Pelaku jenis bullying ini adalah orang yang hanya mencintai diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Pelaku melakukan bullying karena kurang empati atau takut dirugikan.
Biasanya pelaku secara diam-diam punya masalah harga diri atau insecure dengan dirinya sendiri, sehingga terdorong untuk merendahkan orang lain agar terlihat lebih baik. Narsisis akan berusaha meyakinkan bahwa mereka hanya bersikap tegas, tetapi sebenarnya semua orang bisa melihat penindasan yang dilakukan.Â
2. Material bully
Bullying materi adalah jenis bullying pada orang dewasa yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan formal, misalnya jabatan atau otoritas tertentu. Orang dewasa yang melakukan material bullying biasanya memiliki akses atau kekuasaan tertentu terhadap keuangan korbannya. Kekuasaan ini digunakan untuk mengintimidasi korban.Â
3. Impulsive adult bully
Bullying impulsif seringkali dilakukan tanpa motif tertentu. Meski begitu, jenis bullying ini justru biasanya lebih parah dan tidak terkendali. Umumnya, pelaku impulsive bullying adalah orang yang sedang stres atau mengalami masa-masa sulit.Â
Walaupun bukan tindakan terencana, tetap tidak ada alasan untuk menyerang orang lain. Pelaku bullying impulsif sama berbahayanya dengan pelaku bullying jenis lain.
4. Verbal adult bullyÂ
Verbal bullying adalah bentuk perundungan pada orang dewasa yang dilakukan dengan mempermalukan dan menghina lewat perkataan, baik secara pribadi maupun di ruang publik. Pembully verbal sering melontarkan kritik negatif terus-menerus atau mengejek dengan kata-kata yang kejam, termasuk kalimat seksis atau rasis.Â
Kata-kata yang digunakan bisa merusak reputasi, karir, harga diri, dan bahkan menjadi bentuk pelecehan. Pelaku bullying verbal seringkali juga merupakan pelaku bullying pasif-agresif.
5. Pasive-agressive bullying
Mungkin tidak banyak yang mengira bahwa perilaku pasif-agresif juga termasuk bullying. Pelaku jenis bullying ini biasnya picik, sehingga tidak disadari. Pelaku mungkin bersikap ramah di depan kamu tetapi mengatakan sarkasme atau lelucon yang menyakitkan, termasuk mengejek dengan meniru perkataan, atau membuat ekspresi tidak menyenangkan seperti memutar mata atau membuat ekspresi wajah yang tidak mengenakkan. Pelaku bullying pasif agresif juga bisa menyebarkan desas-desus dan bergosip di belakang kamu. Ia juga dapat mengisolasi kamu dari lingkungan sekitarmu, sehingga membuat kamu merasa cemas dan tidak aman.
6. Physical adult bully
Sesuai namanya, bullying pada orang dewasa ini dapat melibatkan tindakan fisik dan kontak. Bullying fisik dapat berkisar dari tindakan mengancam hingga serangan fisik, seperti:
1. Mensimulasikan kekerasan, misalnya dengan mengancam atau mengangkat kepalan tangan seolah-olah akan menyerang.
2. Merusak, melempar, dan menghancurkan benda
3. Tindakan serangan langsung berupa pelecehan fisik, pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan memukul, menampar, meninju, menendang, mencekik, atau tindak kekerasan lainnya.
Pelaku mungkin juga menguntit, mencuri, atau menghancurkan properti pribadi seseorang. Selain itu, mereka dapat mengancam untuk menyakiti target atau orang-orang yang mungkin terhubung dengan target.Â
Pelaku bullying fisik mungkin mengalami masalah kemarahan atau jenis masalah psikologis serius lainnya.
7. Cyberbully
Cyberbullying atau perundungan di dunia maya saat ini banyak ditemukan seiring dengan semakin maraknya penggunaan internet untuk berbagai kepentingan. Masalah cyberbully terutama dialami orang dewasa yang lebih muda dan lebih rentan.
Siapa saja pengguna internet bisa menjadi korban cyberbully berupa menyebarkan pesan melecehkan melalui email, pesan teks, dan media sosial. Cyberbullying dapat membuat seseorang mengalami cemas, malu, khawatir, trauma, hingga pikiran untuk bunuh diri.
8. Secondary adult bully
Bullying sekunder adalah saksi dari pelaku utama tindakan bullying tetapi seringkali ikut melakukan perundungan sehingga tidak menjadi target dari pelaku intimidasi. Pelaku bullying sekunder mungkin tidak membenci korban, tetapi lebih pada rasa takut menentang perilaku pelaku utama bullying sehingga merasa tidak punya pilihan selain mendukung atau turut terlibat dalam perundungan.
Padahal, bullying sekunder tidak kalah berbahaya meskipun didasari rasa takut. Orang dewasa yang menjadi saksi perlakuan intimidasi apa pun harus angkat bicara dan melaporkan kejadian tersebut, alih-alih terus menyakiti korban bullying. (Putu Dea Agestya Putri)

