Kerusuhan 12-14 Mei 1998
Oleh : Harris Vandersloot
Mengenang singkat saat saya (jurnalis tv liputan 6 SCTV) diberi tugas meliput aksi unjuk rasa
Hari ini (12 Mei) sebetulnya adalah peringatan meninggalnya 4 mahasiswa universitas trisakti, yg terjadi di depan universitas mereka. Akibat penembakan waktu itu, Elang Surya Lesmana dkk, mati ditembak saat melakukan unjuk rasa damai di jalan S Parman Jakarta Barat, 12 Mei 1998. Sebelum ditembak, ribuan mahasiswa Usakti ini yg tergabung dlm sivitas akademika menggelar aksi damai utk menuju gedung DPR RI Senayan, tapi ditengah jalan mereka di stop petugas dan mengimbau utk pulang ke kampusnya. Perkataan itu dituruti sebagian mahasiswa utk membubarkan diri setelah berada di kampus, namun ada beberapa mahasiswa yg mencoba bertahan di depan kampus tepatnya di jalan S Parman depan mal ciputra. Karena waktu sudah menjelang malam, akhirnya terdengar beberapa tembakan ke arah mahasiswa, mereka pun kocar kacir menyelamatkan diri, tapi empat mahasiswa yg kena tembakan, tak berhasil menyelamatkan nyawanya, sementara lainnya luka-luka dan mendapat perawatan di rmh sakit sumber waras jakarta barat. Peristiwa ini sempat mendapat perhatian Danpuspom Jaya, Kolonel Hendarji, yg datang menenangkan mahasiswa dan mengunjungi korban di rumah sakit sumber waras.
Setelah meninggalnya empat mahasiswa, keesokan harinya 13 Mei, berbagai mahasiswa dibeberapa kota selain jakarta, di bandung, surabaya, medan dan makasar, menyatakan prihatin dengan gugurnya empat mahasiswa itu. Dengan solidaritas mereka akhirnya terjadi aksi unjuk rasa besar besaran utk menduduki Gedung DPR RI Senayan. Tuntutan mereka adalah ingin menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya. Tuntutan itu seiring terjadinya krisis moneter yg melanda Asia yg terjadi 1997-1998
Disisi lain, pada hari itu kerusuhan tak dapat dihindarkan terutama kerusuhan antar etnis dengan melakukan pembakaran toko, mal dan pusat perbelanjaan milik keturunan tionghoa yg dilakukan masa. Selain melakukan pembakaran dan pengrusakan juga diikuti penjarahan isi toko dan mal, dan kekerasan lainnya terhadap etnis keturunan tionghoa. Kejadian ini berlangsung hingga 14 Mei, yg membuat ibukota negara menjadi mencekam. Waktu itu tak sedikit warga keturunan tionghoa langsung meninggalkan jakarta menuju Singapura, dengan menjual harta bendanya yg mahal dengan harga yg murah, terutama mobil mewah.
Saya sempat mengikuti konferensi pers yg dilakukan Pangdam Jaya waktu itu Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoedin, di lokasi bundaran HI jakarta pusat. Konpferensi pers dilakukan Pangdam Jaya ditengah malam pada saat jakarta menjafi kota mati. Isi konferensi pers adalah Kodam Jaya akan melindungi dan memberi ketenangan kepada masyarakat atas kepanikan yg terjadi. Besoknya 15 Mei, Presiden Soeharto, mendarat di Halim Perdana Kusuma se tibanya dari Kairo Mesir, sekaligus memberikan keterangan pers kepada wartawan, tentang situasi saat itu. Namun aksi demo besar besaran dari mahasiswa dari berbagai daerah di halaman DPR RI yg mendesak agar Presiden Soeharto turun dari jabatan digelar terus. Mahasiswa bukan saja menduduki halaman DPR, tapi menguasai sampai dalam gedung DPR.
Beberapa hari kemudian, atas usulan DPR yg dipimpin Ketua DPR Harmoko untuk memberikan masukan ke Presiden atas situasi yg terjadi, maka pada 19 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Tiga hari kemudian dilantik lah Wakil Presiden BJ Habibie utk menjadi Presiden RI ke 3 dan menyusun kabinet reformasi pembangunan yg bertahan hingga Oktober 1999. Kemudian BJ Habibie digantikan KH Abdurahman Wahid dan Megawati Soekarno Puteri sebagai presiden dan Wkl Presiden.