MEDIAAKU.COM – Pawai Ogoh-Ogoh adalah tradisi khas Bali yang selalu digelar sehari sebelum Hari Raya Nyepi, tepatnya pada malam Pengrupukan. Ogoh-ogoh adalah patung besar yang menyerupai makhluk raksasa, biasanya menggambarkan Bhuta Kala, simbol kekuatan negatif dalam ajaran Hindu.
Patung ini diarak keliling desa dengan iringan musik tradisional Bali, seperti gamelan baleganjur, sebelum akhirnya dibakar atau dihancurkan sebagai simbol pengusiran energi jahat.
Dalam buku “Bali: Cultural Traditions in Transition” oleh I Nyoman Darma Putra (2008), tradisi Ogoh-Ogoh mulai diyakini berkembang dan populer di Bali sejak tahun 1970-an hingga 1980-an.
Perkembangan ini terkait dengan penetapan Hari Raya Nyepi sebagai hari libur nasional, yang mendorong masyarakat Bali untuk menciptakan sosok onggokan atau Bhuta Kala sebagai bagian dari tradisi tersebut.
Pembuatan Ogoh-Ogoh biasanya dilakukan oleh para pemuda desa atau sekaa teruna, dan menjadi ajang kreativitas seni rupa yang luar biasa. Bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari sosok raksasa tradisional hingga representasi tokoh-tokoh kontemporer yang dianggap melambangkan sifat negatif, seperti keserakahan, kemarahan, atau ketidakadilan.
Ogoh-Ogoh mewakili sisi gelap manusia yang harus dikendalikan dan dibersihkan. Lewat simbol dan upacara, masyarakat diajak untuk menyadari bahwa kedamaian sejati dimulai dari dalam diri, melalui proses pengendalian diri dan pembersihan batin. (*/janu)