MEDIAAKU.COM – Ketika mengunjungi kuil atau kuil suci di Jepang, sering kita lihat orang menarik kertas kecil bernama omikuji.
Dikutip dari wikipedia,omikuji adalah ramalan acak yang ditulis pada potongan kertas dikuil Shinto dan kuil Buddha,di Jepang “undisuci” ini biasanya diterima dengan memberikan persembahan kecil dan secara acak memilih salah satu dari kotak, dengan harapan mendapat keberuntungan
Asal usul omikuji bermula dari praktik tarikan undian di Tiongkok, yang kemudian dibawa ke Jepang dan diadopsi pada periode Heian (794-1185). Pada zaman dahulu, orang-orang berkuasa para bangsawan atau samurai menggunakannya untuk mencari petunjuk ilahi.
Seiring waktu, omikuji menyebar ke rakyat biasa dan menjadi bagian dari tradisi di kuil dan kuil Shinto maupun kuil Buddha.
Cara menarik omikuji umumnya seperti ini: pengunjung membayar sejumlah uang kecil (biasanya 100–200 yen), lalu mengocok sebuah tabung atau kotak hingga keluar batang nomor (atau langsung mengambil selembar kertas).
Nomor itu sesuai dengan rak atau laci tempat kertas berisi ramalan berada. Setelah kertas terbuka, kita membaca kata-kata seperti (daikichi, keberuntungan besar), (chu-kichi, keberuntungan sedang), hingga (kyou, nasib kurang baik) atau bahkan (daikyou, nasib sangat buruk).
Omikuji juga memberikan prediksi untuk aspek kehidupan seperti cinta, kesehatan, usaha, dan tujuan.
Jika hasil ramalan buruk, kebiasaan yang sering dilakukan adalah melipat kertas dan mengikatnya pada pohon atau kawat di halaman kuil. Hal ini bermakna agar nasib buruk “tinggal” di tempat itu dan tidak mengikuti orangnya.
Sementara jika keberuntungan baik, banyak orang menyimpannya sebagai jimat atau kenang-kenangan. Omikuji mengajarkan bahwa sikap hati dan ramalan hanyalah pintu awal untuk menyadarkan kita akan tanggung jawab pada diri sendiri.
Jadi, tarik omikuji bukan sekadar mencari keberuntungan, tetapi sebagai pengingat agar tetap rendah hati, bersemangat, dan terus memperbaiki diri.(*/janu)

