Sunday, August 17, 2025
HomeSejarah & BudayaApa Sebenarnya Makna Pamali? Ini Sejarah di Baliknya

Apa Sebenarnya Makna Pamali? Ini Sejarah di Baliknya

MEDIAAKU.COM – Kata pamali sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan Sunda, Jawa, dan beberapa etnis lain di Nusantara.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang “tidak boleh dilakukan” karena dianggap melanggar adat, norma, atau pantangan leluhur. Misalnya, “Jangan menyapu malam-malam, pamali!” atau “Pamali duduk di atas bantal, nanti bisulan.” Tapi dari mana sebenarnya asal-usul kata ini?

Secara etimologis, menurut buku Kamus Basa Sunda karya R. Satjadibrata (1954), kata pamali berasal dari bahasa Sunda Kuno, yang kemudian menyebar dalam budaya lisan masyarakat.

Dalam tradisi Sunda, pamali bukan sekadar larangan kosong, melainkan cara halus untuk mengajarkan etika, sopan santun, dan kearifan lokal secara turun-temurun. Kata ini menyiratkan adanya nilai moral atau akibat buruk jika larangan tersebut dilanggar, baik secara sosial maupun spiritual.

Dalam buku Pamali: “Larangan dalam Budaya Sunda”  oleh Ajip Rosidi (1989), dijelaskan bahwa pamali adalah bentuk pendidikan tradisional yang menyisipkan nilai-nilai luhur tanpa harus memberikan penjelasan logis secara langsung.

Tujuannya adalah agar anak-anak dan generasi muda mudah mengingat dan patuh terhadap norma-norma yang berlaku. Misalnya, larangan makan di depan pintu bisa jadi bertujuan agar tidak menghalangi jalan orang lain, namun disampaikan dalam bentuk “pamali” agar lebih mudah diterima dan ditaati.

Seiring perkembangan zaman, pemahamannya mulai berubah. Banyak orang menganggap pamali sebagai mitos atau takhayul yang tidak relevan lagi. Padahal, jika dilihat lebih dalam, pamali adalah warisan budaya yang kaya akan pesan moral. Ia mengajarkan kesadaran sosial, sopan santun, dan penghormatan terhadap orang tua serta lingkungan sekitar.

Dengan memahami makna dan sejarah pamali, kita bisa lebih menghargai akar budaya sendiri, tanpa harus menelan mentah-mentah atau menolaknya sepenuhnya. Sebab, budaya  tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga cara kita bersikap hari ini.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular