Manado – mediaaku.com – Ada ungkapan kalimat bijak : “Jangan tanyakan apa yang negara berikan. Tapi tanyakan apa yang sudah anda berikan bagi negara,”
Makna kalimat dari Proklamator Ir Soekarno itu menjadi cambuk dan semangat bagi anak muda bernama lengkap Greivance Lumoindong, putra bungsu pasangan Pendeta Gilbert Lumoindong MTh dan Leinda Lumoindong. Pendeta Gilbert Lumoindong MTh adalah salah satu Pemimpin Besar Gereja Bethel Indonesia (GBI) yakni Gereja Glow Fellowship Centre Jakarta.
Bagi Greivance keterpanggilan masuk ke politik merupakan penggabungan dua tujuan mulia sekaligus yakni membela negara dan melayani. Dan keterpanggilan itu sudah dijawab saat ini dengan menjadi Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) untuk DPRD Provinsi Sulawesi Utara, dari daerah pemilihan (dapil) Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara, dengan kendaraan politiknya PDI Perjuangan.
“Bagi saya politik itu sangat baik, yang sering membuat tak baik itu oknum politikus,” cetus Greivance diplomatis.
Lanjut cowok tampan yang masih singel ini, pekerjaan dirinya saat ini sebelum resmi nantinya sebagai Caleg dan masuk Daftar Calon Tetap (DCT), Grei panggilan akrab Greivance, masih bekerja diladang Tuhan, yang melayani Jemaat Glow Fellowship Centre di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya.
“Keputusan terjun ke politik saya aminkan untuk melayani juga. Dan ini semuanya kami serahkan ke dalam tangan Tuhan untuk mengaturnya,” kata Greivance, yang pernah bercita-cita menjadi anggota TNI.
Iya memang Grei pernah punya tekad menjadi anggota TNI. Kenapa ingin menjadi anggota TNI ? Jawab Grei, masuk TNI karena ingin melayani dan mengabdikan diri bagi negara.
Memang benar, Greivance, beberapa tahun lalu usai tamat SMA, pernah melamar dan menjalani tes sebagai calon anggota TNI (Angkatan Darat). “Sewaktu jalani tes saya hanya mendapat poin rendah pada mata saya, ada kesalahan kecil pada mata saya, sedangkan ujian tertulis, psikotes, wawancara dan kesehatan lainnya waktu itu lulus baik. Hanya bagian mata saja,” kenangnya.
Tapi seorang Greivance tak pernah menyerah untuk bisa melayani demi negara dan orang lain, dan kebetulan dilahirkan dari keluarga pendeta, dan didorong kedua orang tuanya, maka waktu itu Greivance bertekad masuk sekolah Theologi dan jadi Sarjana.
“Soal pekerjaan, semua selalu saya serahkan kedalam kuasa Tuhan yang mengaturnya. Gagal melayani negara melalui TNI, akhirnya bisa melayani juga menjadi seorang hamba Tuhan untuk melayani jemaat. Yang terpenting saya mau melayani dan menjadi berkat bagi orang lain,” harap Greivance, yang punya hobi olahraga ini.
Sekarang kenapa masuk menjadi Bacaleg DPRD Provinsi Sulawesi Utara ? Kata Grei, karena politik itu melayani juga, dan ingin menjadi berkat bila kelak jadi anggota dewan.
Bagi pandangan Grei, Sulawesi Utara adalah daerah terindah baik dari penilaian universalnya, kultur budayanya, kuliner, maupun kultur alamnya yang sangat indah. Salah satunya keindahan Likupang, menurut Grei, Pariwisata Likupang berpotensi besar untuk membawa kemajuan perekonomian Sulawesi Utara. Apalagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang ini sudah menjadi salah satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia.
“Sudah tentu nantinya saya pasti memperjuangkan adanya investor untuk membangun Likupang. Dan juga sebagai politikus bila kelak terpilih menjadi anggota dewan, saya harus mendengarkan aspirasi masyarakat dan memperjuangkannya demi kesejahteraan masyarakat,” tegas Grei.
Sulawesi Utara bagi Grei, meskipun sejak kecil banyak di Jakarta, tapi sejak kecil juga dirinya sudah bolak-balik ke Manado ikut orang tua melayani, dan bagi dirinya Sulawesi Utara, Bitung, Minahasa Utara dan Manado adalah daerah asalnya, dan ingin membangun daerah sendiri dimana orang tua dan nenek moyang saya berasal. Apalagi di Sulawesi Utara banyak sanak saudara keluarga dari Grei.
Menurut Grei, bungsu dari tiga bersaudara ini, bahwa kedua orang tuanya tidak memaksakan untuk dirinya mencalonkan jadi Bacaleg. “Mereka (orang tua) menyerahkan ke saya bila terjun ke politik, yang penting bisa jadi berkat dan jadi garam dunia,” tutur Grei, mengutip perkataan kedua orang tuanya.
“Pesan papa ke saya agar menjadi berkat bagi orang lain dan banyak orang. Mudah-mudahan bila saya dipercayakan masyarakat dan bisa memperjuangkan dan mengabdikan diri serta melayani bagi bangsa dan negara khususnya melayani masa depan Sulawesi Utara terlebih lagi masa depan Minahasa Utara dan kota Bitung,” optimis Grei, kelahiran Jakarta 4 Oktober 2001.
Menurut Grei, yang masih berusia 22 tahun dan tergolong milenial ini, kalau ibunya menasehati dirinya untuk jadilah garam dunia. “Pesan mama saya, jadilah garam dunia,” ungkap Grei, yang mengaku soal jodoh nanti diatur Tuhan.
Untuk itu harapan Grei pada pemilu 2024 bisa berlangsung dengan aman, jujur, adil, transparan dan tanpa hoax serta tidak mengandung kebencian.