MEDIAAKU.COM- Perkalian merupakan salah satu keterampilan matematika dasar yang penting dikuasai anak setelah memahami penjumlahan. Pengenalan konsep matematika sebaiknya dimulai dari pengalaman yang konkret.
Dengan demikian, sebelum anak mengenal simbol “×”, mereka terlebih dahulu memahami bahwa perkalian adalah bentuk penjumlahan berulang.
Orang tua atau guru dapat menggunakan benda sehari-hari untuk menjelaskan. Misalnya, ketika anak memiliki tiga piring, lalu setiap piring berisi dua kue, kita dapat bertanya, “Kalau di setiap piring ada dua kue, maka berapa semua kue yang ada?” Anak akan melihat bahwa 2 + 2 + 2 sama dengan 6, dan inilah arti dari 3 × 2.
Cara sederhana ini membantu anak memahami bahwa perkalian bukan sekadar hafalan, melainkan pengulangan yang lebih cepat dari penjumlahan.
Menurut Bruner dalam ” The Process of Education (1960)” , konsep matematika perlu diberikan bertahap, mulai dari tahap konkret, semi konkret, hingga abstrak.
Hal ini berarti anak perlu terlebih dahulu mengamati, memegang, atau menghitung benda nyata, kemudian beralih ke gambar atau simbol, dan akhirnya memahami rumus atau tabel perkalian.
Belajar perkalian juga bisa dibuat menyenangkan melalui lagu, permainan, atau cerita. Misalnya, menyusun balok dengan jumlah yang sama di setiap baris, atau bermain peran sebagai pedagang yang menjual barang dengan jumlah tertentu.
Dengan cara ini, anak tidak merasa sedang belajar matematika, melainkan menikmati kegiatan bermain sambil memahami konsep baru.Lebih dari sekadar angka, perkalian mengajarkan anak tentang keteraturan dan pola. Anak belajar bahwa sesuatu yang diulang dengan konsisten akan menghasilkan hasil yang dapat diprediksi.
Dengan pendekatan yang hangat, sederhana, dan menyenangkan, anak akan melihat bahwa perkalian bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan pintu menuju pemahaman matematika yang lebih luas.(*/janu)
