MEDIAAKU.COM – Julius Caesar lahir sekitar tahun 100 SM dari keluarga bangsawan Romawi meskipun tidak terlalu kaya saat itu,ia menunjukkan bakat militer dan politik sejak muda.
Menurut sejarawan Adrian Goldsworthy dalam bukunya “Caesar: Life of a Colossus”, Julius Caesar bukan sekadar pemimpin perang, tetapi tokoh yang sangat kompleks dalam masyarakat Romawi yang tengah berubah.
Karier militernya menonjol ketika ia menaklukkan Galia (sekarang Perancis dan sekitarnya), melalui karya catatannya sendiri āCommentarii de Bello Gallicoā yang menunjukkan bagaimana ia menggunakan propaganda dan keberhasilan militer untuk memperkuat posisinya.
Setelah kembali ke Roma, Caesar memasuki arena politik dengan membentuk aliansi, menang pemilihan, dan akhirnya menyeberangi sungai Rubicon sebuah tindakan yang dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Republik Romawi sendiri.
Menurut para ahli, langkah ini menjadi titik balik yang membawa kematian sistem republik dan membuka jalan bagi kekuasaan tunggal. Kemudian, ia diangkat sebagai diktator seumur hidup, tetapi kekuasaan besar itu memunculkan ketakutan serta kecemburuan di kalangan senat.
Pada tanggal 15 Maret 44 SM yang dikenal sebagai āIdes of Marchā,Caesar dilenyapkan oleh sekelompok senator yang khawatir bahwa ia akan mengubah Republik menjadi kerajaan.Keadaan ini justru memicu rangkaian konflik yang akhirnya mengakhiri Republik Romawi.
Dari kehidupan Caesar kita bisa menarik beberapa pelajaran yang relevan hingga kini yaitu ambisi besar memang bisa mendorong pencapaian luar biasa seperti yang dilakukan Caesar melalui militer dan politik. Namun, ambisi yang tidak diimbangi kepekaan terhadap etika dan keseimbangan kekuasaan bisa membawa kehancuran.
Julius Caesar tetap menjadi sosok yang luar biasa dalam sejarah,pasang surutnya kekuasaan, kehebatannya militer, dan akhir tragisnya memberikan pelajaran bahwa kekuatan harus diimbangi integritas dan kesadaran atas hubungan manusiawi di masyarakat.(*/janu)

