MEDIAAKU.COM – Tanda lahir atau birthmarks sering menjadi perhatian orang tua pada bayi baru lahir dari kacamata medis, sebagian besar tanda lahir bersifat jinak dan tidak membahayakan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ryan & Warren dalam artikel “Birthmarks – identification and management”, tanda lahir dapat dibagi menjadi tipe vaskular (misalnya “salmon patch” atau bekas gigitan angsa), pigmen, atau malformasi vaskular yang lebih kompleks, dan sering kali dapat dikelola tanpa intervensi serius.
Di sisi lain, dalam tradisi dan mitos masyarakat, tanda lahir sering diartikan sebagai simbol keberuntungan, pertanda sifat kelahiran, atau bahkan jejak pengalaman spiritual sebelumnya.
Sebagai contoh gagasan “maternal impression” yakni kepercayaan bahwa emosi atau pengalaman ibu hamil bisa ‘mencetak’ bentuk atau tanda pada janin yang dibahas dalam karya Obladen & Obladen “Birthmark and blemish: The doctrine of maternal imagination”.
Secara ringkas, dari sudut medis kita bisa menyimpulkan bahwa jika bayi memiliki tanda lahir yang sederhana, kebanyakan tidak perlu kecemasan berlebih. Namun, jika tanda lahir tampak besar, bertambah cepat, atau berada di bagian tubuh yang sensitif maka sebaiknya dikonsultasikan ke dokter spesialis kulit atau anak.
Dari sudut mitos atau kepercayaan budaya, kita dapat menghargai keberagaman interpretasi bahwa setiap bayi unik dan memiliki cerita.
Tanda lahir pada bayi bukanlah cacat atau stigma, melainkan bagian dari keunikan masing-masing anak. Orang tua dan lingkungan sebaiknya memberikan rasa aman, dukungan, dan cinta tanpa mengaitkan kepercayaan yang bisa membuat beban psikologis bagi anak.
Hargai perbedaan, rawat dengan kasih, dan bila diperlukan, konsultasikan dengan profesional agar bayi tumbuh dengan rasa percaya diri dan perhatian yang tepat.(*/janu)
