MEDIAAKU.COM – Masa remaja awal umumnya usia sekitar 10 hingga 15 tahun yang merupakan periode kritis di mana seseorang bergerak dari dunia anak-anak menuju remaja dengan segala perubahan yang menyertainya.
Dalam buku”Early Adolescence: Understanding the 10 to 15 Year Old” oleh Gail A. Caissy disebutkan bahwa pada usia ini terjadi perubahan fisik dan biologis yang cepat, yang turut memengaruhi kondisi emosional dan sosial remaja.
Secara fisik, pertumbuhan tubuh, perubahan hormon, dan munculnya karakteristik seksual sekunder adalah tantangan tersendiri. Perubahan ini dapat membuat remaja merasa “aneh”, kehilangan kenyamanan pada tubuhnya sendiri, dan berujung pada keraguan diri.
Dari segi kognitif,remaja mulai berpikir lebih abstrak, menyadari kontradiksi antara “siapa saya di rumah” dan “siapa saya di sekolah”, dan seringkali mengalami fragmentasi identitas.
Dalam ranah sosial dan emosional, hubungan dengan orang tua berubah; remaja ingin lebih independen tetapi belum sepenuhnya mampu menanggung tanggung jawab. Teman sebaya menjadi sangat penting dimana keinginan untuk diterima dan takut ditolak kerap menimbulkan tekanan.
Faktanya, menurut literatur, pergantian sekolah atau pertemanan sering menjadi waktu rawan bagi remaja untuk mengalami kesulitan penyesuaian.
Permasalahan yang muncul bisa berupa rendahnya harga diri, konflik batin karena perubahan fisik atau ekspektasi sosial, atau kesulitan mengelola emosi yang fluktuatif.
Sesuai dengan perspektif psikolog seperti Erik Erikson mengenai tahapan identitas, remaja berada dalam fase eksplorasi “Siapa saya?” apabila dukungan kurang, muncul risiko kebingungan identitas atau perasaan terasing.
Meskipun demikian, periode ini juga penuh potensi. Dengan dukungan yang tepat dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial, remaja dapat mengembangkan pemahaman diri yang lebih baik, keterampilan sosial yang matang, serta fondasi karakter yang kuat.
Penting untuk diingat bahwa perubahan bukan merupakan beban,melainkan kesempatan untuk tumbuh.(*/janu)

