Foto: Dea/MEDIAAKU.COM
MEDIAAKU.COM – Pawai Ogoh-ogoh saat Pengrupukan Hari Raya Nyepi di Bali telah menjadi salah satu tradisi yang paling ditunggu-tunggu tidak hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga oleh wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Sebagai informasi Hari Raya Nyepi jatuh pada 11 hingga 12 Maret 2024.
Keunikan dan kreativitas dalam bentuk Ogoh-ogoh yang sarat akan makna berhasil memikat perhatian banyak orang, sementara semangat pemuda dalam mengarak Ogoh-ogoh menambah keseruan acara tersebut.
Dikutip dari artikel instruksi berikut beberapa keunikan tradisi ogoh-ogoh pada hari raya Nyepi di Bali.
Asal Nama Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh merupakan representasi dari Bhuta Kala, yang melambangkan kekuatan buruk dan ketidakmurnian yang dapat mempengaruhi manusia. Nama “Ogoh-ogoh” sendiri berasal dari gerakan goyangan saat Ogoh-ogoh diarak, yang dalam bahasa Bali disebut “ogah-ogah”.
Proses Pembuatan Ogoh-ogoh
Pembuatan Ogoh-ogoh memerlukan waktu yang cukup lama dan keahlian khusus. Para seniman akan membuat kerangka patung dari bambu atau besi, lalu membentuknya dengan anyaman bambu dan menghiasnya dengan berbagai aksesoris seram seperti taring dan sayap. Setelah selesai, Ogoh-ogoh diparadekan di sekitar lingkungan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi, diiringi oleh gamelan dan disaksikan oleh masyarakat serta wisatawan.
Hari Raya Nyepi: Menyepi Selama 24 Jam
Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari raya terunik di dunia, di mana umat Hindu wajib menyepi selama 24 jam dari pukul 06.00 hingga 06.00 keesokan harinya. Dalam menjalankan Catur Brata Penyepian, mereka tidak boleh bekerja, menyalakan lampu atau api, bepergian, atau berfoya-foya.
Kontribusi Nyepi dalam Mengurangi Global Warming
Nyepi di Bali tidak hanya menghadirkan suasana hening dan sunyi, tetapi juga memiliki dampak positif dalam mengurangi global warming. Suasana temaram dan keterbatasan aktivitas selama Nyepi memberikan kontribusi dalam menjaga lingkungan.
Tradisi Ogoh-ogoh hingga Hari Raya Nyepi merupakan bagian dari kekayaan budaya Bali yang tetap dijaga dan dilestarikan hingga kini. Keunikan dan makna yang terkandung dalam setiap detailnya menjadikan tradisi ini menjadi salah satu yang patut disaksikan dan diapresiasi. (Dea)

