MEDIAAKU.COM – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi meluncurkan Indonesia Healthcare AI Hackathon 2025, sebuah ajang inovasi yang memfokuskan diri pada penerapan kecerdasan buatan (AI) di sektor kesehatan.
Melansir dari laman Kemenkes, Jumat (17/10/2025) Program ini bertujuan memperkuat sistem kesehatan nasional melalui kolaborasi lintas bidang, sekaligus mempercepat transformasi menuju layanan yang lebih efektif, efisien, dan inklusif.
Kegiatan ini merupakan hasil sinergi antara Kementerian Kesehatan dengan PwC Indonesia sebagai Exclusive Knowledge Partner dan Amazon Web Services (AWS) sebagai Exclusive Technology Partner. Sejumlah pihak lain seperti East Ventures, BGI Genomics, dan MGI juga turut berkontribusi dalam mendukung ekosistem inovasi kesehatan yang berkelanjutan dan berdaya saing global.
Dalam pembukaan acara, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono menekankan bahwa AI bukanlah ancaman bagi tenaga medis, melainkan alat pemberdayaan. Ia menanggapi pernyataan Bill Gates yang menyebut AI dapat menggantikan dokter dalam sepuluh tahun ke depan.
“AI bukan untuk menggantikan dokter, tapi untuk memperkuat mereka. Dengan teknologi ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi kesehatan yang lebih akurat dan dapat dipercaya,” jelas Prof. Dante.
Prof. Dante juga mengungkap berbagai tantangan besar yang dihadapi dunia kesehatan, seperti populasi yang menua, kekurangan tenaga medis, hingga meningkatnya penyakit kronis dan dampak perubahan iklim. Di Indonesia sendiri, angka kasus tuberkulosis, stroke, dan diabetes masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenkes mulai menerapkan teknologi AI dalam pelayanan kesehatan, seperti:
1.AI-powered chest X-ray untuk deteksi tuberkulosis.
2.AI-assisted brain CT scan untuk mendeteksi stroke.
3.AI chatbot untuk skrining risiko diabetes.
4.AI-based call center di rumah sakit yang mampu memangkas waktu tunggu hingga 70% dan meningkatkan kepuasan pasien sebesar 35%.
Menurut Prof. Dante, pendekatan tradisional tidak lagi memadai bagi Indonesia yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau.
“AI mampu memperkuat diagnosis, meningkatkan akurasi prediksi, memperluas akses layanan, serta membantu tenaga medis mengambil keputusan klinis yang lebih tepat,” ujarnya.
Hackathon ini mempertemukan inovator lintas disiplin mulai dari tenaga medis, insinyur AI, akademisi, peneliti, hingga pelaku industri untuk bersama-sama mencari solusi atas lima isu kesehatan prioritas: tuberkulosis, stroke, stunting, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Antusiasme peserta sangat tinggi. Dari target awal 40 tim, panitia menerima 278 proposal dari 10 negara. Tiga tim terbaik akan melanjutkan ke tahap inkubasi, di mana ide-ide mereka akan dikembangkan menjadi solusi nyata dengan dukungan jaringan pendanaan, mentor ahli, dan integrasi ke dalam MoH Sandbox milik Kemenkes.
Deputi Transformasi Digital Kemenkes, Setiaji, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar lomba teknologi, melainkan wadah kolaborasi jangka panjang.
“Kami ingin solusi AI yang lahir dari hackathon ini bukan hanya canggih, tapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mudah diakses,” ungkapnya.
Melalui inisiatif ini, Kementerian Kesehatan menunjukkan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi kesehatan berbasis teknologi di Asia Tenggara. Langkah ini menjadi momentum penting menuju ekosistem layanan kesehatan yang lebih cerdas, inklusif, dan berdaya saing global.(*/Stephany)