MEDIAAKU.COM – Indonesia kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan menegaskan peran kepemimpinannya dalam mewujudkan transisi energi yang adil, terbuka, dan berpihak pada masyarakat di forum Conference of the Parties (COP30) yang digelar belum lama ini di Belém, Brasil.
Melansir dari laman KemenLH, Rabu (12/11/2025) Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo, menyoroti langkah nyata Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Ia menyampaikan bahwa sejak tahun 2023, pemerintah telah menghentikan investasi baru pada pembangkit listrik tenaga batu bara, mempercepat penghentian unit pembangkit lama, serta mendorong pemanfaatan energi terbarukan seperti surya, angin, dan hidrogen hijau.
Hashim menekankan bahwa transisi energi harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan semua pihak, bukan hanya segelintir kelompok.
Indonesia juga menunjukkan dukungannya terhadap target global untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi hingga dua kali lipat pada tahun 2030, sejalan dengan seruan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Guterres menegaskan bahwa energi bersih kini menjadi sumber energi paling murah dalam sejarah, sehingga diperlukan keberanian politik untuk meninggalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dalam hal pendanaan, pemerintah memperkuat sistem pembiayaan iklim dengan mengembangkan pasar karbon domestik yang memiliki potensi nilai sekitar USD 7,7 miliar per tahun, serta skema blended finance yang ditargetkan mencapai USD 1,5 miliar pada tahun 2028.
Selain itu, sistem Measurement, Reporting, and Verification (MRV) Indonesia kini mencakup hingga 93 persen dari total emisi nasional, menjadikan negara ini salah satu yang paling transparan di antara negara berkembang dalam pelaporan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa keberhasilan transisi energi bergantung pada inklusivitas. Menurutnya, perempuan, generasi muda, serta pelaku usaha kecil harus dilibatkan aktif dalam proses perubahan menuju ekonomi hijau.
Presiden Brasil, Lula da Silva, sebagai tuan rumah COP30, menambahkan pesan moral yang mendalam. Ia menekankan pentingnya membangun model pembangunan baru yang berkeadilan, tangguh, dan rendah karbon. “Manusia, seperti dikatakan oleh suku Yanomami, memikul langit agar tidak jatuh ke bumi,” ujarnya menggugah.
Sementara itu, Sekjen PBB António Guterres menutup forum dengan pesan kuat, bahwa tidak ada yang bisa menawar hukum alam. Dunia, katanya, kini dihadapkan pada pilihan tegas: menjadi pemimpin dalam perubahan atau menuju kehancuran.
Melalui kebijakan yang nyata dan kepemimpinan yang berani, Indonesia membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan tanggung jawab terhadap iklim, menegaskan posisinya sebagai negara berkembang yang mampu memberi contoh bagi dunia.(*/Stephany)

