MEDIAAKU.COM – Dewa Ra adalah salah satu dewa paling penting dalam peradaban Mesir Kuno. Ia dipahami sebagai dewa matahari, sumber kehidupan, dan pusat keteraturan kosmis.
Para ahli Mesir Kuno seperti James Henry Breasted dan E.A. Wallis Budge menempatkan Ra sebagai figur sentral dalam perkembangan keagamaan Mesir sejak awal milenium ketiga sebelum Masehi.
Menurut Breasted dalam bukunya “A History of Egypt”, keyakinan terhadap Ra mulai menguat pada masa Dinasti Keempat, ketika kota Heliopolis menjadi pusat kultus matahari. Di sana, para pendeta merumuskan ajaran bahwa Ra adalah pencipta segala makhluk. Ia diceritakan lahir dari “benben”, gundukan kosmik pertama yang muncul dari kekacauan purba.
Dari cahaya Ra-lah langit, bumi, para dewa, dan manusia tercipta. Pandangan ini menunjukkan bahwa agama Mesir bukan sekadar pemujaan kepada banyak dewa, tetapi juga usaha memahami asal-usul alam semesta.
Ra juga memiliki perjalanan harian yang terkenal. Setiap pagi ia berlayar dengan perahu matahari di timur, memberi cahaya kepada dunia. Pada malam hari, Ra memasuki dunia bawah dan bertarung melawan Apophis, sang ular kekacauan.
E.A. Wallis Budge dalam “The Gods of the Egyptians” menyebutkan bahwa kisah perjalanan ini bukan hanya mitos, melainkan gambaran cara Mesir memahami siklus siang–malam dan pertempuran abadi antara keteraturan dan kekacauan. Jika Ra menang, pagi akan tiba; jika ia kalah, dunia akan gelap. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya simbol matahari bagi kehidupan.
Dalam seni dan ikonografi, Ra digambarkan berkepala elang dengan cakram matahari di atasnya, sering dikelilingi ular kobra sebagai perlindungan. Simbol-simbol ini menekankan kekuatan, kejernihan, dan kewaspadaan. Banyak raja Mesir mengklaim diri sebagai “anak Ra” untuk menegaskan legitimasi mereka.
Dengan mengaitkan diri kepada Ra, mereka seolah menyatakan bahwa pemerintahan yang baik harus membawa cahaya, kehangatan, dan keseimbangan bagi rakyat.Ra digambarkan sebagai cahaya yang mengalahkan kegelapan setiap hari.
Ini mengingatkan bahwa setiap orang memiliki “matahari” dalam dirinya yaitu kemampuan untuk menghadapi tantangan dan bangkit dari masa sulit. Melalui sejarahnya, Dewa Ra bukan hanya tokoh mitologi, tetapi juga simbol harapan, pencarian makna, dan keyakinan bahwa terang akan selalu kembali, sepanjang manusia menjaga keseimbangan dalam hidupnya.(*/janu)

