Saturday, December 13, 2025
HomeIbu dan AnakKetika Aktivitas Sehari-hari Jadi Tantangan: Bagaimana Terapi Okupasi Membantu Anak?

Ketika Aktivitas Sehari-hari Jadi Tantangan: Bagaimana Terapi Okupasi Membantu Anak?

MEDIAAKU.COM – Terapi okupasi untuk anak adalah pendekatan yang dirancang membantu anak-anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih efektif, mandiri, dan bermakna.

Menurut Jane Case‑Smith dalam bukunya “Occupational Therapy for Children (eds. 6 dan edisi-terbaru)” menjelaskan bahwa terapi okupasi pediatrik mencakup aspek perkembangan motorik, sensorik, kognitif, emosional, dan sosial sejak masa bayi hingga remaja.

Terapi ini biasanya dilakukan oleh terapis okupasi yang memfokuskan pada occupations artinya aktivitas sehari-hari yang penting bagi anak, seperti bermain, menulis, bergerak, makan, dan bersosialisasi.

Dengan merujuk teori terkenal Gary Kielhofner yaitu Model of Human Occupation (MOHO) yang menekankan hubungan antara motivasi, kebiasaan, kapabilitas dan lingkungan, kita dapat memahami bahwa keberhasilan anak dalam aktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mereka.

Contoh penerapan terapi okupasi pada anak antara lain meningkatkan keterampilan motorik halus (seperti menggenggam pensil, memotong dengan gunting), mengembangkan kemampuan sensorik (misalnya integrasi sensorik untuk anak yang sensitif terhadap suara atau sentuhan), serta mendukung partisipasi sosial dan kemampuan adaptasi di lingkungan sekolah atau rumah.

Selain aspek teknis, penting bagi orang tua dan pengasuh memahami bahwa terapi okupasi bukan sekadar “melatih” anak agar bisa seperti anak lainnya, melainkan membantu anak untuk berperan secara aktif dalam kehidupannya sendiri, menemukan kelebihannya, dan memfasilitasi lingkungan agar mendukung proses itu.

Setiap anak memiliki potensi unik dan layak untuk diberi kesempatan mengaktualisasikan diri lewat aktivitas yang bermakna. Dukungan orang tua, pengasuh, dan terapis yang sabar serta penuh empati sangatlah penting untuk membuka jalan bagi anak agar tidak hanya “bertahan” tetapi juga “berkembang”.

Dengan demikian, terapi okupasi menjadi jembatan menuju kehidupan sehari-hari yang lebih baik, bukan sekadar pengobatan.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular