Saturday, November 29, 2025
HomeIbu dan AnakKetika Tradisi Bertemu Modernitas: Haruskah Anak Selalu Tunduk pada Nilai Orang Tua?

Ketika Tradisi Bertemu Modernitas: Haruskah Anak Selalu Tunduk pada Nilai Orang Tua?

MEDIAAKU.COM – Dalam keluarga banyak terjadi tarik ulur antara nilai budaya tradisional yang dianut oleh orang tua dengan gaya hidup modern yang dijalani oleh generasi muda.

Orang tua sering kali tumbuh dalam lingkungan yang mengedepankan norma bersama antara lain hormat kepada yang lebih tua, keterikatan pada adat, kepatuhan terhadap tradisi dan pengorbanan demi keluarga.

Sementara anak-anak zaman sekarang dibesarkan di era digital, informasi melimpah, mobilitas tinggi, serta pola pikir yang menekankan kebebasan individu, inovasi dan ekspresi diri.

Dalam buku” The Myth of Generational Conflict: The Family and State in Ageing Societies”, para editor Sara Arber dan Claudine Attias-Donfut berpendapat bahwa konflik antargenerasi bukanlah kesalahpahaman biasa, melainkan produk dari perubahan sosial yang mendalam

Penelitian menegaskan bahwa gaya hidup modern anak muda termasuk penggunaan teknologi, orientasi global, dan kesadaran hak individu dapat mendorong pergeseran nilai yang tak selalu mudah diterima oleh orang tua. Dari sisi budaya tradisional, instrumen seperti norma komunal, keterikatan antar-generasi, dan tanggung jawab terhadap leluhur menjadi tumpuan identitas.

Sebuah studi mendapati bahwa perbedaan inti antara budaya tradisional dan modern dimana tradisi lebih bersifat kolektif, masa lalu dominan, dan peran gender jelas, sementara budaya modern cenderung menuntut inovasi, masa depan, dan kebebasan individu.  Misalnya, anak muda mungkin ingin menentukan karier yang berbeda dari harapan orang tua, memilih gaya hidup yang lebih global atau bebas, hingga menempatkan prioritas pribadi di atas tradisi.

Hal-hal ini bisa menimbulkan rasa terluka, tak dimengerti, atau dianggap tidak menghormati.Namun demikian, konflik ini bukanlah sesuatu yang tak terselesaikan. Dengan komunikasi yang terbuka dan keinginan saling memahami, generasi tua dan yang lebih muda bisa menemukan titik temu.

Orang tua dapat mencoba memahami bahwa zaman berubah dimana teknologi, mobilitas, dan paradigma kehidupan memberi peluang berbeda untuk anak-anak mereka. Sedangkan generasi muda bisa menghargai akar tradisi, memahami nilai pengorbanan dan ikatan keluarga, serta tidak gegabah meninggalkan budaya yang membentuk identitasnya.

Perubahan nilai dan gaya hidup adalah bagian dari perjalanan zaman, namun nilai dasar seperti saling menghormati, empati, dan komunikasi tidak boleh hilang. Anak-anak tidak seharusnya menolak tradisi dengan sikap meremehkan, begitu pula orang tua tidak seharusnya menutup diri terhadap perspektif anak-anak.

Keduanya bisa saling belajar, generasi muda belajar dari hikmah dan keterikatan tradisi dan generasi tua belajar dari kreativitas dan adaptasi zaman. Dengan demikian, konflik bukan selesai dengan kemenangan salah satu pihak, melainkan melalui kehendak bersama untuk berjalan berdampingan, menjaga akar sambil menatap masa depan.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular