MEDIAAKU.COM – Budaya makan kimchi di Korea bukan sekadar soal cita rasa,tetapi mencerminkan identitas, sejarah, dan kebersamaan sebuah bangsa. Menurut artikel naratif oleh R. Surya dan David Nugroho, kimchi telah ada dalam budaya Korea selama ribuan tahun dan menjadi simbol identitas nasional yang penting.
Pada dasarnya, kimchi muncul sebagai solusi praktis mengawetkan sayuran dalam kondisi musim dingin Korea yang keras dan penyimpanan yang belum berkembang. Seiring waktu, teknik fermentasi itu berkembang menjadi praktik sosial yang melibatkan seluruh keluarga dan komunitas, terutama melalui tradisi Kimjang yaitu pembuatan kimchi secara massal untuk musim dingin.
Dalam buku “Korean Cuisine: An Illustrated History” karya Michael J. Pettid, ditunjukkan bahwa kimchi bukan hanya makanan tetapi bagian dari peta budaya Korea yang mencakup geografi, sosial, dan sejarah.
Budaya makan kimchi mengandung makna kolektif: ketika keluarga berkumpul untuk membuat kimchi, mereka bukan hanya menyiapkan makanan, tapi mempertahankan warisan bersama, saling menolong, dan menyambung ikatan antargenerasi.Penggunaan bahan seperti kubis, lobak, daun bawang, serta cabai yang kemudian menjadi ciri khas,hal ini menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan dan perubahan sosial secara simultan.
Mengapa kemudian kimchi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari orang Korea? Karena ia telah melewati sekadar fungsi makanan. Kimchi menjadi pengejawantahan dari “nasionalisme makanan”.
Ketika suatu bangsa menyajikan kimchi hampir di setiap meja, makna di baliknya adalah: kita punya akar, kita punya cerita, kita punya komunitas. Makan kimchi tidak hanya soal mengisi perut, tapi merasakan “rumah”.
Dengan demikian, budaya makan kimchi di Korea mengajak kita untuk menghargai bukan hanya cita rasa, tetapi juga nilai kebersamaan, adaptasi, dan kontinuitas. Makan bersama, membuat bersama, mengawetkan bersama,hal itulah yang membuat kimchi lebih dari makanan, ia menjadi lambang budaya dan solidaritas.(*/janu)

