MEDIAAKU.COM – Kintsugi adalah seni memperbaiki keramik pecah dari Jepang dengan menggunakan campuran pernis dan bubuk emas. Hasilnya, bekas retakan tidak disembunyikan, melainkan ditonjolkan sehingga tampak indah.
Alih-alih dianggap cacat, keramik yang diperbaiki justru memiliki nilai baru yang lebih tinggi. Falsafah ini berakar pada pandangan hidup orang Jepang yang dekat dengan ajaran Zen, yaitu menerima ketidaksempurnaan dan menemukan keindahan dalam luka.
Menurut buku “Kintsugi The Poetic Mend” karya Bonnie Kemskem (2021), kintsugi tidak hanya soal kerajinan, tetapi juga filosofi,retakan menjadi tanda perjalanan hidup suatu benda. Ia bukan lagi wadah yang sama, melainkan wadah yang memiliki kisah. Hal ini sejalan dengan konsep wabi-sabi yang menghargai ketidaksempurnaan, kefanaan, dan kesederhanaan.
Seni kintsugi juga sering dipakai sebagai metafora kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami patah, luka, atau kegagalan. Namun pengalaman itu tidak harus disembunyikan. Seperti keramik yang retaknya dilapisi emas, luka manusia bisa menjadi bagian berharga dari dirinya.
Seni ini mengajarkan bahwa kita tidak perlu mengejar kesempurnaan mutlak. Justru ketidaksempurnaanlah yang membuat sesuatu menjadi unik. Hidup yang penuh bekas luka tetap bisa bersinar, bahkan lebih bernilai. Saat kita berani menerima kekurangan dan merayakan proses penyembuhan, kita belajar bahwa keindahan sejati lahir dari ketulusan.
Kintsugi bukan sekadar seni memperbaiki keramik, melainkan seni memperbaiki cara pandang. Ia mengajarkan bahwa setiap retakan bisa berubah menjadi keindahan, setiap luka bisa membawa cahaya. Dari kintsugi, kitai belajar untuk tidak malu dengan kekurangan, tetapi menjadikannya bagian berharga dari kisah hidup.(*/janu)


