MEDIAAKU.COM – Di banyak keluarga Indonesia, muncul anggapan bahwa anak gemuk itu lucu. Pipi tembam, tubuh bulat, dan langkah yang goyah sering dianggap menggemaskan.
Orang tua merasa bangga ketika anak terlihat montok karena itu dianggap tanda kesehatan dan kesejahteraan. Namun sejumlah ahli perkembangan anak dan kesehatan telah lama mengingatkan bahwa cara pandang ini perlu dikaji ulang.
Menurut Dr. Benjamin Spock, seorang dokter anak terkenal dan penulis buku “Baby and Child Care”, persepsi visual sering kali menipu. Dalam bukunya, Spock menekankan bahwa kesehatan anak tidak bisa diukur hanya dari bentuk tubuh yang terlihat “penuh”. Ia menjelaskan bahwa kebutuhan gizi anak harus dipenuhi secara seimbang, bukan berlebihan, karena pola makan masa kecil sangat memengaruhi kesehatan ketika dewasa.
Pada dasarnya anak-anak secara alami mampu mengenali rasa lapar dan kenyang, tetapi kebiasaan keluarga termasuk memaksa anak menghabiskan makanan yang berlebihan atau memberikan hadiah berupa camilan manis dapat mengganggu regulasi alami tersebut.
Jika pola ini berlangsung lama, anak dapat tumbuh menjadi gemuk bukan karena kebutuhan, melainkan karena pola asuh yang tidak terkontrol.Secara psikologis, Dr. Elizabeth Hurlock, dalam bukunya yang dikenal luas “Child Development”, menjelaskan bahwa masa kanak-kanak adalah periode penting bagi perkembangan konsep diri.
Ketika seorang anak tumbuh dengan label tertentu termasuk “gemuk itu lucu” label itu bisa mengikuti mereka hingga remaja. Ketika anak mulai bersekolah dan berinteraksi dengan teman sebaya, apa yang dulu dianggap lucu bisa berubah menjadi bahan ejekan, yang dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan emosional.
Namun penting juga untuk memahami bahwa tidak semua anak gemuk mengalami masalah kesehatan.Faktor genetik, lingkungan, aktivitas fisik, pola tidur, dan stres dalam keluarga turut memengaruhi berat badan anak. Artinya, pendekatan terhadap anak harus selalu bersifat individual, tidak boleh disamaratakan.
Daripada menilai anak hanya dari bentuk tubuh, lebih bijak bila orang tua memahami kebutuhan tumbuh kembang yang sehat: pola makan seimbang, aktivitas fisik cukup, tidur teratur, dan dukungan emosional.
Anak yang sehat tidak harus kurus atau gemuk; yang penting adalah bagaimana tubuh mereka bekerja dengan baik dan bagaimana mereka merasa nyaman dengan diri sendiri.
Mencintai anak berarti menjaga kesehatannya, bukan hanya memuji penampilannya. Menganggap “anak gemuk itu lucu” boleh saja sebagai ekspresi kasih sayang, tetapi jangan sampai pandangan itu membuat kita lengah terhadap kebutuhan kesehatan anak.
Kelucuan sejati bukan terletak pada pipi tembam, tetapi pada tumbuhnya anak menjadi pribadi yang sehat, percaya diri, dan bahagia.(*/janu)

