MEDIAAKU.COM – Budaya makan di Tiongkok bukan hanya soal mengisi perut, tapi mencerminkan nilai-nilai hidup, tradisi, dan keharmonisan sosial. Salah satu budaya makan yang paling khas adalah makan bersama di meja bundar. Meja bundar melambangkan kesetaraan dan kehangatan antar anggota keluarga atau teman.
Semua hidangan diletakkan di tengah meja dan dibagi bersama, bukan disajikan dalam porsi pribadi seperti di banyak budaya Barat. Dalam tradisi Konfusianisme, hubungan antarindividu harus dijaga dengan rasa hormat dan kerja sama.Nilai lain yang tercermin dari cara mereka makan dimana penggunaan sumpit juga menggambarkan filosofi hidup orang Tiongkok.
Menurut pendapat Profesor Peng Tao dari Universitas Sichuan, penggunaan sumpit sebagai alat makan utama, serta cara penyajian makanan dalam piring-piring kecil yang dibagikan kepada setiap orang. Sumpit digunakan dengan lembut dan tidak mencolok. Bahkan ada aturan tidak tertulis, seperti tidak boleh menancapkan sumpit secara vertikal ke dalam nasi karena menyerupai ritual pemakaman.
Selain itu, budaya menghormati makanan menjadi bagian penting. Dalam ajaran Taoisme dan Buddhisme yang turut memengaruhi budaya Tiongkok, makanan dianggap sebagai pemberian alam dan tidak boleh disia-siakan.
Menghabiskan makanan di piring adalah bentuk rasa syukur, sedangkan membuang makanan dipandang sebagai tindakan tidak hormat. Ini sejalan dengan filosofi hidup hemat dan bersahaja yang masih dijunjung tinggi.
Melalui tradisi makan, masyarakat Tiongkok mengajarkan nilai kerja sama, kesederhanaan, dan empati secara turun-temurun. Di era modern yang serba cepat, budaya ini menjadi pengingat bahwa hal-hal kecil seperti cara kita makan dapat mencerminkan siapa kita sebenarnya.(*/janu)