Sunday, October 26, 2025
HomeBeritaMakna Hari Raya Siwaratri Untuk Intropeksi Diri Bagi Umat Hindu

Makna Hari Raya Siwaratri Untuk Intropeksi Diri Bagi Umat Hindu

Liputan Jurnalis mediaaku.com, Putu Dea Agestya Putri
Bali – mediaaku.com – Hari raya agama Hindu di Bali selain hari raya Galungan dan juga Nyepi dikenal juga ada hari Raya Siwaratri, dan tentunya setiap perayaan tersebut dimaksudkan dengan tujuan-tujuan tertentu dan makna-makna khusus. Siwaratri adalah hari suci yang dirayakan oleh semua umat Hindu dengan melaksanakan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa dan itu dilakukan dengan pelaksanaan khusus.
Hari Siwaratri jatuh setiap setahun sekali berdasarkan kalender Isaka yaitu pada purwaning Tilem atau panglong ping 14 sasih Kepitu (bulan ke tujuh) sebelum bulan mati (tilem), dalam kalender Masehi setiap bulan Januari. Siwaratri memang memiliki makna khusus bagi umat Hindu, karena pada saat tersebutlah Hyang Siwa beryoga, sehingga menjadi hari baik bagi umat untuk melakukan brata semadi berikut kegiatan penyucian dan perenungan diri serta melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa.
Makna Hari Raya Siwaratri yaitu Siwaratri berasal dari kata “siwa” dan “ratri”, dalam bahasa Sansekerta Siwa berarti baik hati, memberikan harapan, membahagiakan dan suka memaafkan, Siwa juga adalah sebuah nama kehormatan manifestasi Tuhan yaitu Dewa Siwa yang berfungsi sebagai pelebur atau pemrelina. Sedangkan Ratri dalam bahasa berarti malam atau kegelapan, sehingga jika diartikan Siwa Ratri (Siwaratri) berarti pelebur kegelapan untuk menuju jalan terang.
Jadi apa sesungguhnya makna dari hari raya Siwaratri tersebut, maknanya adalah malam perenungan suci, malam dimana kita bisa mengevaluasi dan instropeksi diri atas perbuatan atau dosa-dosa selama ini, sehingga pada malam ini kita memohon kepada Sang Hyang Siwa yang juga sedang melakukan payogan agar diberikan tuntunan agar bisa keluar dari perbuatan dosa tersebut. Pada saat malam itulah umat melakukan pendekatan spiritual kepada Siwa untuk menyatukan atman dengan paramatman.
Tidak sedikit yang memaknai bahwa pada malam Siwaratri ini juga dianggap sebagai malam peleburan dosa, sehingga perbuatan dosa manusia bisa lebur dengan melakukan brata semadi dan pemujaan terhadap Sang Hyang Siwa. Pemaknaan seperti ini tidak lepas dari kisah Lubdaka yang ditulis oleh Empu Tanakung, kitab atau lontar tersebut mengisahkan kehidupan seorang pemburu binatang yang memiliki banyak dosa karena membunuh binatang yang tidak bersalah.
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terpopular