MEDIAAKU.COM – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menerima kunjungan dari jajaran pimpinan Perkumpulan Politeknik Swasta Indonesia (Pelita) dalam sebuah audiensi penting belum lama ini.
Dilansir dari laman Kemdiktisaintek, Jumat, (6/6/2025) Pertemuan ini menjadi wadah strategis bagi Pelita untuk menyampaikan berbagai masukan dan gagasan dalam memperkuat pendidikan tinggi vokasi di tanah air.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Brian menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas kontribusi aktif politeknik swasta dalam menciptakan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh sektor industri.
“Senang sekali akhirnya bisa berdiskusi langsung. Peran politeknik sangat signifikan dalam mendukung percepatan industrialisasi. Kami menghargai peran bapak dan ibu dalam mencetak lulusan vokasi yang kompeten,” ujar Brian.
Ketua Umum Pelita, Akhwanul Akhmal, menyoroti berbagai tantangan yang masih dihadapi pendidikan vokasi, seperti pandangan masyarakat yang kurang positif terhadap politeknik serta rendahnya minat calon mahasiswa pada jalur vokasi. Ia menawarkan solusi berupa penyederhanaan model pendidikan tinggi menjadi dua jalur: universitas dan universitas terapan.
Di sisi lain, Ketua Bidang Kelembagaan Pelita, Dadang Syarif Sihabudin Sahid, mengungkapkan bahwa 62% dari total 328 politeknik di Indonesia merupakan politeknik swasta. Namun, mayoritas masih berada pada tingkat akreditasi C. Ia menilai perlu ada penguatan dari sisi identitas kelembagaan dan filosofi pendidikan vokasi itu sendiri.
Menurutnya, penting untuk menanamkan kembali nilai-nilai dasar pendidikan vokasi sebagai dasar dalam sistem akreditasi yang relevan dan berdampak nyata.
Merespons berbagai pandangan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, menyambut baik inisiatif yang diajukan oleh Pelita. Ia menekankan pentingnya membangun cara pandang baru terhadap pendidikan vokasi.
“Isunya bukan siapa lebih tinggi, tapi lebih kepada minat dan bakat. Ada yang unggul dalam berpikir, ada pula yang dalam keterampilan. Semua harus diberi ruang berkembang,” jelas Khairul.
Ia juga menilai gagasan transformasi politeknik menjadi universitas terapan sebagai langkah yang menarik, namun perlu kajian lebih lanjut dari sisi regulasi dan struktur kelembagaan.
Audiensi diakhiri dengan semangat bersama untuk terus memperkuat pendidikan tinggi vokasi melalui sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor industri. Fokus kolaborasi ke depan mencakup aspek regulasi, pendanaan, serta penguatan ekosistem pendidikan vokasi yang lebih responsif terhadap kebutuhan dunia kerja. (*/stephany)