MEDIAAKU.COM – Cakwe atau yóutiáo kadang disebut “you zha gui” atau “hantu yang digoreng” adalah gorengan panjang asal Tiongkok yang menjadi salah satu jajanan sarapan paling populer, terutama disantap bersama bubur atau susu kedelai.
Legenda yang paling terkenal mengatakan bahwa cakwe tercipta pada masa Dinasti Song. Kala itu, seorang jenderal bernama Yue Fei dikenal karena keberaniannya mempertahankan tanah air dari serangan suku Jurchen. Ia kemudian difitnah dan dihukum mati atas intrik Perdana Menteri Qin Hui.
Rakyat yang marah menciptakan adonan yang berbentuk menyerupai sosok Qin Hui dan istrinya, lalu menggoreng keduanya sebagai simbol protes atas ketidakadilan dan pengkhianatan. Dari adonan itu muncul bentuk “dua batang” yang menempel di bagian tengah, simbol pasangan Qin, yang kemudian dikenal sebagai cakwe.
Buku “Origins of Chinese Food Culture” menyebut bahwa kakwe/youtiao juga memiliki nama dalam berbagai dialek dan variasi penyajian yang berpangkal dari tradisi rakyat Tiongkok sebagai penanda sejarah serta ekspresi budaya lewat makanan.
Ketika budaya Tionghoa menyebar ke Asia Tenggara, terutama lewat komunitas imigran, cakwe ikut diperkenalkan dan diadaptasi dalam konteks lokal. Di Indonesia, cakwe menjadi bagian dari ragam kuliner jalanan; sering dijual di pagi hari, kadang dipotong kecil dan menjadi pelengkap bubur ayam, atau dimakan dengan saus atau susu kedelai.
Adaptasi lokal ini tetap mempertahankan bentuk dan tekstur khas renyah di luar dan empuk di dalam meskipun rasa atau cara penyajian bisa bermacam – macam di tiap daerah.
Melalui cakwe, kita diingatkan bahwa keadilan, keberanian, dan solidaritas adalah nilai-nilai yang penting.Sejarah takkan hilang hanya karena waktu berjalan, selama kita menghormati dan mengingatnya lewat tradisi.(*/janu)

