MEDIAAKU.COM – Pengasuhan anak di zaman yang penuh distraksi membutuhkan lebih dari sekadar disiplin dan rutinitas.
Metode Mindfulness yang dikembangkan oleh tokoh seperti Jon Kabat‑Zinn yang dikenal lewat program Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) memberi landasan bagi konsep pengasuhan yang disebut “Mindful Parenting”.
Secara sederhana, mindful parenting berarti orang tua hadir secara penuh dalam tiap momen bersama anak: mendengarkan tanpa terburu-buru, merespons bukan bereaksi, serta menerima dirinya dan anak tanpa penghakiman.
Sebuah literatur menjelaskan bahwa konsep “mengasuh berkesadaran” atau “eling” dalam Bahasa Jawa mencakup lima dimensi: mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak menghakimi, mengelola emosi, pengaturan diri yang bijaksana, dan welas asih terhadap diri sendiri serta anak.
Di jaman ini,orang tua dan anak kini hidup dalam kondisi stres yang makin meningkat oleh sebab tekanan sosial, teknologi, dan kompetisi sehingga pengasuhan yang hanya mengandalkan kontrol atau perintah saja tidak lagi cukup.
Implementasi mindful parenting bisa terlihat dalam praktik sehari-hari: ketika anak ingin bercerita, orang tua berhenti sejenak, matanya bertemu anak, mendengarkan penuh. Saat anak membuat kesalahan, alih-alih langsung mengkritik, orang tua menghirup napas, menahan keinginan bereaksi secara impulsif, lalu merespons dengan empati: “Aku tahu kamu merasa demikian… Mari kita cari jalan bersama.”
Model pengasuhan seperti ini menciptakan ruang aman bagi anak untuk belajar, merasa dihargai, dan berkembang secara emosional.
Manfaatnya pun nyata: penelitian menyebut penerapan mindful parenting dapat mengurangi stres orang tua, menurunkan agresi anak, serta meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan non-verbal antara orang tua dan anak.
Tentunya bukan berarti orang tua sempurna atau tidak pernah marah. Yang penting adalah kesadaran untuk mengenali emosi sendiri sebelum bereaksi pada anak, menerima bahwa kekurangan itu ada, dan tetap terbuka memperbaiki.
Dengan begitu, hubungan orang tua-anak menjadi lebih hangat, penuh keterlibatan, bukan sekadar kewajiban.Anak bukanlah proyek untuk dicetak sempurna, melainkan manusia yang tumbuh lewat hubungan yang penuh perhatian, kesadaran, dan kasih.
Sebagai orang tua, kita mendapat kesempatan langka untuk hadir secara utuh tidak hanya sebagai pengawas atau instruktur, tetapi sebagai sahabat yang sadar akan momen sekarang. Ketika kita memilih hadir dengan penuh kesadaran, kita memberi hadiah terbesar kepada anak: rasa aman, dihargai, dan dicintai.(*/janu)

