MEDIAAKU.COM – Mesir Kuno dikenal dengan kebudayaan yang megah dan penuh misteri. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah praktik mumifikasi, terutama bagi raja atau firaun. Proses ini bukan sekadar cara mengawetkan tubuh, tetapi memiliki makna spiritual yang sangat mendalam.
Menurut buku “The Complete Gods and Goddesses of Ancient Egypt” karya Richard H. Wilkinson, masyarakat Mesir percaya bahwa kehidupan tidak berakhir setelah kematian,mereka meyakini adanya dunia lain yang abadi.
Agar roh seorang firaun bisa hidup tenang di alam baka, jasadnya harus tetap utuh. Tubuh dianggap sebagai rumah bagi jiwa, sehingga bila jasad rusak, jiwa tidak akan menemukan tempat kembali.Dari keyakinan inilah, mumifikasi dijalankan dengan begitu teliti dan sakral.
Selain itu, firaun dianggap sebagai perantara antara manusia dan para dewa. Ia tidak hanya pemimpin politik, tetapi juga pemimpin spiritual. Karena itu, menjaga tubuh seorang firaun setelah kematian berarti menjaga kehormatan dan kekuatan ilahinya. Makam firaun dibuat megah agar menunjukkan kekuasaan sekaligus memberi penghormatan tertinggi bagi seorang raja yang diyakini akan terus memimpin di kehidupan selanjutnya.
Proses mumifikasi sendiri berlangsung lama, bahkan sampai 70 hari. Tubuh dibersihkan, organ dalam dikeluarkan, kemudian diawetkan dengan garam natron sebelum dibungkus kain linen. Semua dilakukan dengan doa-doa khusus agar roh firaun dapat selamat menuju kehidupan abadi.
Mumifikasi firaun pada akhirnya bukan sekadar simbol kekuasaan, melainkan bukti bagaimana manusia berusaha memahami arti hidup dan mati.Ia menjadi jejak sejarah yang mengingatkan kita untuk menghargai kehidupan, menjaga martabat diri, dan menyiapkan warisan baik untuk generasi berikutnya.(*/janu)