MEDIAAKU.COM – Mari kita ulas kembali mengenai “Musik dan Fesyen: Kolaborasi Budaya Pop”.
Di panggung dunia, musik dan fesyen berjalan seiring, dan menciptakan gelombang budaya yang tak terbendung. Nama-nama seperti Kanye West dengan merek Yeezy atau Billie Eilish dengan gaya oversized-nya telah mengubah definisi fesyen modern.
Musisi bukan lagi sekadar penyanyi, namun mereka adalah trendsetter yang menginspirasi jutaan penggemar untuk mengekspresikan identitas melalui pakaian. Kolaborasi ini bukan fenomena baru, namun di era media sosial, dampaknya kini meluas lebih cepat, dari karpet merah hingga jalanan kota.
Dilansir dari “Bussines of Fashion”, Fesyen dan musik saling mengisi dalam simbiosis kreatif. Konser tur dunia menjadi runway tak resmi, di mana kostum panggung artis seperti Rosalía, dengan perpaduan flamenco dan streetwear, memicu tren global.
Desainer ternama seperti Virgil Abloh, yang terinspirasi oleh hip-hop, membawa estetika musik ke koleksi Louis Vuitton. Sebaliknya, musisi memanfaatkan fesyen untuk memperkuat narasi lagu mereka dan pikirkan Beyoncé yang menggunakan haute couture dalam video klip untuk menyampaikan pesan empowerment. Ini adalah tarian dua arah yang memperkaya kedua industri.
Berdasarkan “Studi Budaya Digital & Trend, University of Southern California”, Media sosial mempercepat perpaduan ini, menjadikan TikTok dan Instagram sebagai etalase tren.
Ketika artis seperti Lil Nas X tampil dengan mantel metalik di MTV Awards, replika gaya itu muncul di toko daring dalam hitungan hari. Penggemar tak hanya mendengar musik; mereka ingin “memakainya”.
Kolaborasi musisi dengan merek, seperti BTS dengan Louis Vuitton atau Dua Lipa dengan Versace, menghasilkan koleksi yang ludes terjual, membuktikan bahwa fesyen musik kini adalah mesin ekonomi sekaligus budaya.
Namun, kolaborasi ini tak lepas dari tantangan. Kritikus berpendapat bahwa komersialisasi berlebihan bisa mengikis autentisitas, baik dalam musik maupun fesyen.
Ketika setiap artis merilis merchandise atau koleksi kapsul, apakah ini masih tentang kreativitas atau hanya kejar keuntungan? Meski begitu, ketika dilakukan dengan visi, seperti Rihanna dengan Fenty yang merangkul inklusivitas, musik dan fesyen bisa mengubah budaya. Ini bukan sekadar tren, melainkan cerminan zaman yang terus berevolusi. (*/Terry)