MEDIAAKU.COM – Musik Latin telah menjadi cerminan kuat identitas dan perjuangan komunitas diaspora di Amerika Serikat dan Eropa, menciptakan ruang bagi imigran untuk mengekspresikan pengalaman mereka dalam menghadapi tantangan budaya dan sosial.
Artis seperti Shakira dan Luis Fonsi, melalui lagu-lagu seperti “Hips Don’t Lie” dan “Despacito”, tidak hanya mempopulerkan ritme Latin seperti reggaeton dan salsa, tetapi juga menyoroti narasi diaspora dengan lirik yang mencerminkan dualitas hidup antara dua budaya.
Di AS, komunitas Latin menggunakan musik untuk mempertahankan hubungan dengan akar budaya mereka, sementara di Eropa, imigran dari Amerika Latin, khususnya di Spanyol dan Inggris, memanfaatkan salsa dan cumbia untuk membangun komunitas di tengah isolasi sosial.
Sebuah studi NPR (2023) : ” Latin Music as a Bridge For Diaspora Identitiy ” menegaskan, bahwa “Musik Latin telah menjadi alat untuk menavigasi identitas diaspora, memungkinkan imigran untuk merayakan warisan mereka sambil beradaptasi dengan lingkungan baru”.
Namun, musik Latin juga mencerminkan perjuangan imigran, termasuk diskriminasi dan kebijakan imigrasi yang ketat. Di AS, lagu-lagu seperti “Immigrants (We Get the Job Done)” dari The Hamilton Mixtape menggambarkan ketangguhan imigran Latin dalam menghadapi stereotip dan marginalisasi.
Di Eropa, khususnya di London, klub salsa menjadi ruang aman bagi imigran Amerika Latin untuk menegosiasikan identitas mereka, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian tentang komunitas Kolombia dan Brasil.Musik Latin tidak hanya memperkuat solidaritas antarimigran, tetapi juga menantang narasi asimilasi dengan merayakan keberagaman budaya.
Dengan platform seperti festival dan streaming digital, musik Latin terus memberi suara bagi diaspora, mengabadikan cerita perjuangan dan kebanggaan identitas mereka di panggung global.(*/terry)
