MEDIAAKU.COM – Musik dari era 2000-an, khususnya lagu-lagu ikonik Avril Lavigne seperti Complicated dan Sk8er Boi, sedang mengalami kebangkitan di kalangan Generasi Z, yang sebagian besar lahir setelah puncak popularitasnya.
Fenomena ini didorong oleh kekuatan media sosial, terutama TikTok, di mana remaja menggunakan potongan lagu-lagu ini sebagai latar untuk video tren seperti tarian atau transformasi gaya.
Dilansir dari majalah ” Vogue “, nostalgia yang dibangkitkan bukan hanya tentang musik, tetapi juga estetika pop-punk awal 2000-an, dasi longgar, eyeliner tebal, dan sikap pemberontak, yang kini diadopsi ulang sebagai ekspresi individualitas Gen Z.
Platform streaming seperti Spotify juga memperkuat tren ini dengan playlist bertema “throwback” yang menarik perhatian pendengar muda.
Berdasarkan kutipan dari: ” Tatler Asia, Gen Z’s interest in Avril Lavigne is apart of a Resurgence in Interest in early 2000’s Music”, faktor emosional memainkan peran besar dalam ketertarikan Gen Z terhadap musik 2000-an. Lagu-lagu Avril Lavigne menawarkan narasi autentik tentang masa remaja, kegalauan, cinta, dan pencarian jati diri yang tetap relevan bagi generasi saat ini.
Di tengah dunia digital yang serba cepat, remaja menemukan kenyamanan dalam melodi dan lirik yang sederhana namun jujur, kontras dengan produksi musik modern yang sering kali kompleks.
Tren ini juga didukung oleh kehadiran artis Gen Z seperti Olivia Rodrigo, yang terinspirasi oleh pop-punk 2000-an, sehingga memperkenalkan suara serupa ke audiens baru dan memicu rasa ingin tahu terhadap pelopor seperti Lavigne.
Konteks budaya juga turut memperkuat kebangkitan nostalgia ini. Gen Z, yang tumbuh di era ketidakpastian seperti pandemi dan perubahan iklim, sering mencari pelarian dalam budaya pop masa lalu yang dianggap lebih “polos”.
Gaya musik dan visual 2000-an, yang kini mudah diakses melalui YouTube dan arsip digital, memberikan gambaran tentang era sebelum media sosial mendominasi. Kampanye pemasaran cerdas, seperti perilisan ulang album Let Go oleh Avril Lavigne untuk perayaan 20 tahunnya, juga memanfaatkan momentum ini, mengundang Gen Z untuk menjelajahi katalog lamanya sambil menikmati kolaborasi baru dengan artis seperti Machine Gun Kelly yang populer di kalangan mereka.
Namun, kebangkitan ini bukan tanpa tantangan. Beberapa kritikus berpendapat bahwa obsesi Gen Z terhadap nostalgia dapat menghambat inovasi musik baru, karena artis merasa tertekan untuk meniru suara masa lalu demi viralitas.
Meski begitu, popularitas lagu-lagu era 2000-an membuktikan bahwa musik berkualitas memiliki daya tahan lintas generasi. Dengan dukungan platform digital dan antusiasme Gen Z, Avril Lavigne dan estetika 2000-an tidak hanya hidup kembali, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya remaja modern, menjembatani masa lalu dan kini dalam harmoni yang unik. (*/terry)