MEDIAAKU.COM – Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan mulai mengakselerasi pengelolaan sampah nasional dengan mendorong pembangunan fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Inisiatif ini menjadi langkah strategis untuk mengubah persoalan sampah menjadi sumber energi terbarukan sekaligus mempercepat pencapaian target pengelolaan sampah nasional.
Melansir laman KemenLH, Jumat (19/12/2025) Program percepatan PSEL merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025. Melalui kebijakan tersebut, pemerintah menargetkan pengelolaan sampah secara menyeluruh hingga 100 persen pada 2029 dengan pendekatan lintas wilayah berbasis aglomerasi agar lebih efisien dan berkelanjutan.
Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan sistem perizinan terintegrasi bersama Kementerian Investasi/BKPM. Skema ini dirancang untuk memberikan kepastian hukum serta transparansi pengelolaan aset bagi para investor. Selain menilai aspek teknis, pemerintah juga membuka peluang inovasi, termasuk penggunaan teknologi mutakhir dari luar negeri agar operasional PSEL dapat berjalan optimal.
Kesepakatan percepatan pembangunan PSEL diambil dalam Rapat Koordinasi Terbatas di Jakarta yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan dihadiri jajaran kementerian serta pemangku kepentingan investasi.
Dalam rapat tersebut, pembangunan PSEL disepakati dilaksanakan dalam dua tahap. Setelah tahap pertama berjalan di wilayah Bogor Raya, Denpasar Raya, dan Tangerang Raya, tahap kedua kini diperluas ke kawasan Surabaya Raya, Lampung Raya, dan Serang Raya.
Menurut Menteri Hanif, pendekatan berbasis aglomerasi menjadi kunci keberhasilan proyek karena menjamin skala ekonomi yang memadai, dengan syarat minimal volume sampah mencapai 1.000 ton per hari. Salah satu lokasi yang disiapkan berada di Kota Baru Purwotani, Lampung, dengan luas area sekitar 20 hektar.
Program PSEL juga mendapat perhatian luas dari komunitas internasional. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menyampaikan bahwa sejak diluncurkan awal Januari, proyek ini menarik minat besar dari berbagai negara.
Dukungan datang dari puluhan pemerintahan di kawasan Timur Tengah serta negara-negara besar seperti China dan Jepang, menjadikan PSEL Indonesia sebagai salah satu model solusi pengelolaan sampah dan krisis iklim global.
Ke depan, fasilitas PSEL diproyeksikan menjadi tulang punggung sistem pengelolaan sampah modern yang terintegrasi dengan TPS 3R dan TPST berbasis Refuse Derived Fuel. Dengan kapasitas pengolahan mencapai 14.000 ton per hari, PSEL diharapkan mampu mengurangi sekitar 10 persen timbulan sampah nasional pada 2029.
Selain memperbaiki kualitas lingkungan, proyek ini diyakini mendorong ekonomi sirkular, membuka ribuan lapangan kerja, serta memastikan tempat pembuangan akhir hanya menampung residu sampah yang sudah tidak bernilai guna.(*/Stephany)

